Minggu, 15 Mei 2022

KOMENTAR VLOG SD 11052022 (15052022)

KOMENTAR VLOG TQ


https://www.youtube.com/watch?v=AS1-63yNlUY
upload video terbaik. rahasia esoteris samatha bhavana via metode anapanasati dan satipathana sutta akhirnya terungkap juga ke publik. terima kasih atas pencerahannya. (Truth Seeker)
GANTI : transkrip F4
saya bukan Buddhist jadi mohon maaf dan tolong direvisi jika ada kesalahan dalam penulisannya.
Teguh Kiyatno
Teguh Kiyatno, terima kasih atas transkripnya. Sādhu...sādhu...sādhu
Ya ... Sebagaimana DBS yang men-share video “Samma-Dhamma” tersebut, saya juga hanya melakukan hal yang seharusnya bisa saya lakukan dengan men-share file transkrip tersebut. By the way, (maaf, jika pra-asumsi saya salah)  … Dikarenakan kemurnian Sila, kehandalan Samadhi dan kemantapan Panna adalah master-plan bukan hanya bagi kedewasaan psikologis eksistensial namun juga untuk pencerahan spiritualitas versi Buddhist maka untuk pencapaian kemantapan Panna, selain landasan kemurnian moralitas Sila, adalah sangat diperlukan kehandalan bhavana … meditasi untuk merealisasikan proses sejati pelayakan ‘diri’ (realisasi insight > refleksi intuitif > konsepsi intelek). So, bisakah DBS meng-upload panduan meditasi sebelum dan sesudah hari ke 7 tsb (via video atau file) agar gambaran kami untuk rangkaian tahapan perkembangan realisasi tersebut bisa lebih jelas ? Terima kasih.

https://www.youtube.com/watch?v=3IJKtaXx50g
Thanks for always uploading great videos .... Spiritualitas adalah masalah aktualisasi keikhlashan bukan defisiensi kepamrihan. mementingkan kebenaran universal sejati bukan membenarkan kepentingan eksistensial semata. pencerahan spiritual aktual tdk sekedar kedewasaan psikologis konsep. Ah... seandainya saja ini sudah tercapai sebagai tataran diri dan bukan sekedar wawasan idea saja.
Teguh Kiyatno bahasanya 😱👍😃

https://www.youtube.com/watch?v=6govpLZGsjM
Terima kasih untuk DBS yang kembali mengupload video Ashin Kheminda tentang meditasi via bahasan Mahāsatipaṭṭhāna Sutta sesi awal ( Uddeso - 1 Kāyānupassanā - Ānāpānapabbaṃ) setelah sebelumnya sesi 3 Cittānupassanā ..... Semoga kemudian juga mengupload utk sesi 2 Vedanānupassanā dan 4 Dhammānupassanā .... Sangat diharapkan sebagai referensi taktis penempuhan bagi para meditator.

https://www.youtube.com/watch?v=XS2lA36lEF0
Komentar Maharathi Dihapus (tidak tepat / bijak/ ethis bagi seeker utk menyela apalagi mencela) : Berbicara memang harus benar namun tidak semua yang benar perlu diungkapkan.
: Ada 3 Maharathi baik (Bhisma, Drona dan Karna) yang mengesalkan Khrisna yang dikarenakan faktisitas keberadaannya berada di fihak Kurawa . Guru Pandawa/ Kurawa adalah Drona bukan  Bhisma kakeknya atau Karna saudaranya.
Ganti :
Thanks for always uploading good videos. I Anumodana.

https://www.youtube.com/watch?v=LZieU3M-aoI
Anumodana. Terima kasih atas Samma Dhamma yang ditayangkan. Walau masih ada 2 parami puncak berikutnya (metta dan Upekkha) namun sudah agak semakin jelas dan murni desain yang bisa lengkap utuh difahami dan semoga juga dapat segera dijalani. Vaya dhamma sankhara, appamadena sampadetha. (Segala sesuatu yang memiliki unsur akan hancur, capailah kebebasan dengan tekun). rupam sunyata, sunyata iva rupam. ....... Tadyatha : gate gate paragate parasamgate bodhi svaha. (wujud adalah shunyata, shunyata adalah wujud ... lampauilah segalanya hingga kesadaran pencerahan agung pantai seberang). Sangat informatif dan inspiratif terutama kisah angsanya ... semoga kita tidak menjadi mara bagi kehidupan diri kita sendiri apalagi terhadap lainnya sehingga maya (ilusi samsara - istilah sanskrit hindu) tersadari dan mana (kebodohan atta - samyojana 8 pali) terlampaui. Maaf komentarnya panjang dan kacau.
Terima kasih atas komentar-komentarnya yang telah diberikan selama ini. Kami menunggu komentar-komentar yang lainnya. Sekali lagi terima kasih. Sādhu...sādhu...sādhu
Tampaknya …. 10 Parami adalah daun teratai di permukaan kolam yang perlu ditumbuhkan (bukan untuk menghalangi namun untuk melindungi perkembangan spiritualitas) agar 10 samyojana teratasi dan bunga pencerahan layak terealisasi. Walau mungkin masih hidup berada dalam kolam lumpur samsara namun karena tersinari mentari nibbana Dia senantiasa terjaga dan bijaksana (Buddha & Dharma)walau seisi samsara masih terbenam dalam tidur dan mimpi (atta & tanha). Maaf jika intuisi saya salah karena wawasan intelektual saya tentang Buddhisme masih kurang apalagi tataran meditatif insight saya (jujur saja)nol besar.

https://www.youtube.com/watch?v=O4pqM1cTxDQ
Maaf sangat terlambat berkomentar ... semoga tidak terlalu mengacau. Jujur saja, keterbatasan rasio fikiran dan idea bahasa selalu terbentur di sini. Metta sebagai pilar Brahma Vihara  adalah bahasa ilahiah hati dimana akal perlu tahu diri akan batasnya. Ini adalah hal dimana obyektifikasi pengamatan intelek kadang kacau menjangkaunya dan bahkan orientasi penghayatan intuisi tidak mudah menyadarinya. Karena metta adalah berkah ketulusan bagi kesadaran batin yang meniscayakan diri mentransformasi ke-aku-annya yang terbatas untuk melebur secara harmonis dan sinergis dalam ke-esa-an yang lebih luas …. Interconnected Universal Equilibirium. Parami mendasar dan menyasar bagi kerendahan hati untuk meleburkan diri dalam keseluruhan dan menghampakan diri dalam keanattaan. From ‘somebody’ (ilusi VVIP) to “Everyone”  (Oneness) into “NOTHING ? “ (Emptiness = kekosongan sunyata, kesejatian anatta karena segalanya tidak solid sebagai arus perubahan yang terus mengalir … anicca ?). Desain tauhid/ kosmik bagi universalisasi diri yang mengutamakan keseluruhan  dan mementingkan kebenaran holistic semesta bukan sekedar membenarkan kepentingan sensasi dan fantasi pribadi/ golongan saja. ( metta > sneha > kama = agape > filia > eros = metta pema > gehasita pema > tanha pema ?). Tanpa ketulusan tindakan  parami mengatasi kilesa (nekhama atas samsara?), kecakapan jhana menekan nivarana (hingga Samadhi/ samapatti ?) dan kecerahan lokuttara menghapus anusaya (bagi sekha/ariya atas sakaya-ditthi, mana+avijja ?) tampaknya sulit bahkan mustahil memahami, menjalani dan merefleksikannya secara utuh murni tanpa asava. Namun demikian metta adalah factor pelayakan yang harus ditempuh demi tumbuh berkembangnya  pencerahan spiritual dan kedewasaan psikologis bagi setiap penempuh kebenaran dalam kehidupannya ,walau sebagaimana viriya dan panna , pemurnian  melalui puncak  parami terakhir /upekkha/ sangat perlu disandingkan untuk membuat keberadaannya seimbang dalam kesadaran dan pergerakannya berimbang dengan kewajaran. Pencerahan keberdayaan/ pencapaian  kebahagiaan umumnya berbanding lurus dengan mantapnya kebijaksanaan dan handalnya keberimbangan  namun biasanya berbanding terbalik dalam guncangan kemelekatan dan juga silapnya keterpedayaan. Stabilitas keseimbangan / vitalitas keberimbangan  mungkin memang bukan segala-galanya … namun tanpa itu, tidak akan ada yang tumbuh berkembang sempurna atasnya karena sangat rapuh, mudah goyah atau bahkan bisa jadi justru salah arah. Handa dani Bhikkhave amantayami vo Vaya dhamma sankhara, appamadena sampadetha “Oh para Bhikkhu, ku beritahukan kepadamu bahwa, segala sesuatu yang muncul dari perpaduan faktor pembentuk sewajarnya mengalami kehancuran. Sempurnakanlah tugas kalian  dengan tanpa lengah.”(Ovadapatimokkhadipatha)….. nasehat inti terakhir oleh, untuk dan dalam setiap ‘diri’ via sabda Buddha Gautama menjelang parinibbana.

https://www.youtube.com/watch?v=E2StS9yNkYs
Anumodana, Bhante Kheminda & DBS. Tergenapi sudah bahasan 10 Parami. Cukup berlimpah referensi yang diberikan pada sessi ini (upekkha atas dualisme lokadhamma 8, waspada spiritual materialism ego diri – chogyam trungpa ?, mahasaropama sutta, lomahamsa jataka, input abhidhamma (Tatramajjhattatā sais kuda dg sati sampajanna / yoniso manasikara ?), esensi anatta (kemurnian sejati 'diri' yang tiada perlu ilusi keakuan?) , makna gnosis Paṭhama Buddha Vacana, sabbannuta nana ; distorsi batin, etc) sehingga perlu rekonstruksi mozaik desain agar integrasi wawasan lebih tepat , orientasi penghayatan lebih benar dan aktualisasi tindakan penempuhan lebih murni …. apapun by-product realisasi yang layak diterima sebagai kammassaka pada setiap proses perjalanan diri nantinya. Terima kasih untuk pemberdayaan diri yang mendewasakan dan mencerahkan. Mohon maaf jika komentar kami selama ini tidak berkenan.

https://www.youtube.com/watch?v=NQwJGSY2JY0
jika tidak ada lanjutan video/audionya (karena tampaknya masih belum selesai).... apa ada transkrip atau informasi tentang ceramah tersebut.... judul / tema , waktu dan tempatnya. Hunting via google, bro (?). Anumodana ... terima kasih atas perhatiannya.
wah kepotong yah bro.... coba nanti saya cek kembali.... trims
sudah dicek, memang terpotong dari audio cdnya, judulnya kebahagiaan, tempatnya di muntilan, waktunya tidak ada keterangan.
ya sudah... Walau bagaimana juga .... anumodana tetap bermudita mengapresiasi atas upaya/ punna /parami menayangkan ceramah audio Samma Dhamma Bhante Pannavaro ini. Sekali lagi terima kasih dan mohon maaf jadi merepotkan, ya .... (bro ?)

https://www.youtube.com/watch?v=M4YuG5XXAvs
Anumodana turut bermudita mengapresiasi dan terima kasih atas upload ceramah dhamma Bhante Pannavaro. Kedewasaan psikologis dalam berpandangan, berpribadi dan berprilaku memang sangat mutlak untuk mengembangkan pencerahan spiritual. Demikian juga pencerahan spiritual dengan kedewasaan psikologis nantinya. Salam Namo Buddhaya untuk Bhante Jyoti Dhammothera di Vihara Mendut dan para rekan Buddhist peserta Manggala Dharma.
+Teguh Kiyatno Terimakasih, semoga bermanfaat, Anumodana

https://www.youtube.com/watch?v=2xDJbfQ5yt4
Anumodana, Bhante. Anatta (tanpa inti diri) adalah terma Buddhism yang unik dan tak diketemukan pada sistem agama, etika, mystics baik eksoteris maupun esoteris di mana saja. Anatta memungkinkan terjadinya aktualisasi murni dan realisasi sejati tanpa upaya kenaifan identifikasi pembanggaan diri apalagi keliaran eksploitasi pembenaran kepentingan belaka. Walaupun masih sulit difahami namun itulah yang harus kita sadari untuk dijalani.

https://www.youtube.com/watch?v=b-PWjt04g3M
Anumodana. Thanks for the explanation of Shunyata ..... (Prajna Paramita Hrdaya Sutra).

https://www.youtube.com/watch?v=dtbl5aWKMm0
Is there anybody who has English subtitle or Indonesian translation for the episode. I am really impressed the expressions of the dialogue between Khrisna and Karn. But ... I can not understand the Indian language used here. I feel there is a great wisdom .... about the illusion of samsara , the wisdom of kshatria or whatever ethical philosophy of our human life existed here. Please, just for the sake of goodness.

https://www.youtube.com/watch?v=axx_qzx9bPY
Anumodana, Bhante Ashin Kheminda dan DBS.  Oghatarana sutta (penyeberangan banjir) adalah sutta krusial bagi para teratai kehidupan di kolam keruh abadi samsara dalam mengatasi ogha 4 (kama, bhava, ditthi, avijja) untuk senantiasa terjaga dan terarah baik karena keniscayaan level pencapaian Ariya Buddha atau masih dalam tahap penempuhan Neyya Savaka. Walau secara label duniawi kami hanyalah padaparama dhamma seeker di luar sasana, besar harapan kami agar oghatarana sutta secara lengkap tuntas terbahas via abhidhamma dan kitab komentar tidak seperti Mahasatipathana Sutta yang masih kurang dalam bahasan Dhammanupasana lalu. Perlu trigger pemicu dan pemacu untuk memadukan mozaik pengetahuan agar desain Dhamma lengkap utuh terpadu untuk merealisasikan kedewasaan psikologis instinctive, kecerdasan perspektif intelektual, ketanggapan penghayatan intuitive disamping tentu saja walau sulit mutlak diperlukan kelimpahan parami pendukung, keberadaan talenta sebagai tihetuka pugala dan ketuntasan pencerahan insight melampaui faktisitas imanent lokiya samsara : dimensi duniawi , surgawi – laduni , ilahiah Brahma – anagami suddhavasa hingga realitas transenden lokuttara nibbana untuk bukan hanya mampu menjalani namun juga mengatasi dan melampaui ogha samsara ini . Menjadi selalu terjaga dan terarah dalam mimpi samsara memang perlu proses untuk progress dan tidak bisa instant secara dependen namun segalanya perlu dilayakkan mulai disini, saat ini dan dalam diri ini sebagai faktisitas yang kita miliki …. appamadena sampadetha.
Terima kasih atas semua komentarnya, Pak. Mahasatipatthanasutta memang tidak diselesaikan ceramahnya karena pertimbangan tertentu. Akan tetapi Ashin Kheminda akan menuliskannya secara lengkap dalam buku satu hari nanti. Buku Mahasatipatthanasutta dengan komentar dan subkomentarnya sudah dijadikan salah satu daftar buku yang akan diterbitkan oleh DBS. Harap bersabar menunggu. Apabila menginginkan buku2 karya Ashin Kheminda silakan mengisi form ini: melalui link: bit.ly/DBSbook DBS akan mengirimkan buku2 tersebut ke alamat Anda.
Ya... Maaf jika komentar kami terkesan 'tranyakan' dan merepotkan. Data sudah kami kirim via Gmail.Terima kasih.

https://www.youtube.com/watch?v=zSOt6yCBrSs
Anumodana, Bhante Ashin Kheminda dan DBS atas Dhamma Desana pembahasan Oghatarana Sutta ini. Sangat berguna dalam memperluas dan mempertegas cakrawala wawasan pengetahuan yang tanpa ambiguitas dissonansi kerancuan apalagi dikotomi pemisahan. Keberadaan kitab komentar (atthakatha, tika dan anutika sebagai referensi kebijaksanaan pengetahuan dari para Ariya Savaka) dan abhidhamma (‘psikologi metafisik’: ilmu ‘jiwa’ tanpa jiwa tentang Fenomena Imanen seluruh wilayah keberadaan nama rupa hingga Realitas Transenden tataran lokuttara kasunyatan sebagai referensi introspektif kesadaran diri untuk pengetahuan pariyati , dalam patipati penempuhan dan demi pativedha pencapaian) dalam pembahasan Sutta sangat membantu dan hendaknya diapresiasi positif sebagai upaya benar yang sadar dan tulus para penempuh (terutama Neyya Buddhist) untuk melayakkan wawasan dan tataran dirinya pada JMB 8. Spiritualitas memang memutlakkan integritas autentik dan totalitas holistic dalam keseluruhan aspeknya (‘adhikari ?’ – istilah mystics : pelayakan “being deserved” bukan hanya dalam konsistensi wawasan  pengetahuan namun juga dalam proses penempuhan dan output pencapaiannya) oleh karenanya Setiap pemberdaya hendaknya tidak terpedaya untuk selalu melayakkan penempuhan dirinya secara benar, tepat dan bijak agar sesuai dengan kemurnian orientasi tujuan seharusnya. So, kontroversi rimba pendapat di kalangan para Buddhist (bahkan para Bhante V ?) bukan hanya tidak arif namun justru tampak naïf dan ini bukan hanya sangat merugikan keharmonisan dan keberlangsungan Dhamma Sasana ini saja namun terutama (dalam  istilah ogharatana sutta) akan menyeret /menghanyutkan bahkan bisa jadi justru akan menenggelamkan pertumbuhan perkembangan spiritualitas pribadi masing-masing. Maaf jika kritik keprihatinan/kepedulian ini perlu kami ungkapkan walau saya yang sesungguhnya dalam label peran eksistensial duniawi berada di luar sasana  perlu tahu diri ,tahu malu dan tahu sila untuk intervensi atas problem internal ini. Sangat disayangkan jika Lokuttara Dhamma yang sesungguhnya dalam pandangan para truth seeker memiliki jangkauan pemberdayaan yang bukan hanya meliputi namun juga mengungguli dan melampaui religi dan mistik lainnya ini terdegradasi sebagai mistik lokiya belaka atau sekedar menjadi agama pengharapan / ethika kepercayaan biasa saja atau bahkan menjadi adhamma atau non-dhamma sebelum siklus masanya.
Susah ganti :
….  Sangat disayangkan jika Lokuttara Dhamma yang sesungguhnya dalam pandangan para truth seeker memiliki jangkauan pemberdayaan yang bukan hanya meliputi namun juga mengungguli dan melampaui religi dan mistik lainnya ini akan segera terdegradasi mengapung sebatas mistik lokiya "saja" (pencapaian unio mystica brahma, svarga kamaloka, lokiya abhinna, etc) atau terhanyutkan sekedar sebagai tradisi ritual formal agama pengharapan / ethika kepercayaan biasa saja atau bahkan tenggelam menjadi non-dhamma/adhamma (?)sebagaimana kecenderungan alamiah permainan delusi selancar samudera samsara ini sebelum siklus surut masanya tiba .... Tanpa harus melupakan kewaspadaan untuk selalu memberdaya dan saling memberdayakan maka kebijakan/ kebajikan untuk saling dewasa menerima keberagaman tetap diutamakan bukan hanya untuk menjaga/ membina kebersamaan namun terutama untuk mencegah rangkaian keterpedayaan (kenaifan/ keliaran) yang cenderung akan datang eksternal/internal. Ini adalah Dhamma yang sangat dewasa yang bukan hanya perlu disikapi dengan dewasa namun perlu dijalani secara dewasa.

https://www.youtube.com/watch?v=q9cvudk0Vrk
Saddhu 3x ... Anumodana, Bhante Ashin Kheminda dan DBS atas Dhamma Desana yang sangat informative dan inspirative dari 4 session Oghatarana Sutta ini untuk memperluas pemahaman dan memperdalam kesadaran para Dhamma Vihari. Keberadaan kitab komentar dan abhidhamma dalam pembahasan Sutta sangat membantu dalam mengembangkan wawasan pengetahuan untuk meningkatkan tataran penempuhan pada JMB 8 secara penuh sehingga progress pencerahan transcendental bisa direalisasikan dan dampak kedewasaan universal bisa direfleksikan sebagai keniscayaan (konsistensi permanen by product magga phala nibbana ?). Dengan pemahaman atas Niyama Dhamma Semoga semua makhluk berbahagia menerima segalanya secara bijaksana sebagai kewajaran adanya dan dengan kesadaran atas Lokuttara Dhamma ini semoga kita semua senantiasa memberdaya diri dengan sebaik-baiknya sebagai kelayakan padanya.. Tampaknya addukha (ketidak-menderitaan, ketidak-terpedayaan, ketidak-mengkhayalan) berbanding lurus dengan kebijaksanaan kita untuk senantiasa arif dan suci dalam merealisasikan kebenaran realitas hingga universal-transendent dan berbanding terbalik dengan kemelekatan kita yang naïf dan liar terhadap fenomena keberadaan yang sebatas immanent-eksistensial saja. Jika dipadukan dengan Dhamma Desana tentang Annata Lakhana Sutta lalu (plus Bahiya Sutta ?) mungkinkah perlu sikap batin yang lebih mendalam lagi semacam (meminjam istilah paradoks mystic advaita Taoisme) ‘wei wu wei’ (the action of nonaction) – Just action, without 'acting', since (there is actually) no actor … meng’ada’ secara sadar dan tulus dalam tindakan murni (~ kiriya ariya > punna kusala ?) sebagaimana kesedemikiannya keniscayaan akan kasunyatan, tanpa terlalu mengada-ada secara naif demi keakuan dan kemauan apalagi dengan liar terlalu mengada-adakan untuk pengakuan dan pembenaran kepentingan(?). Tiada standar ganda dalam Alitheia Parama Dhamma yang bukan hanya universal namun transendental ini. Segalanya (termasuk tindakan/ucapan, fikiran /pandangan dsb) senantiasa bergema dan cepat atau lambat akan berpotensi berdampak menuju kembali ke sumbernya. Walau secara konsep Dia secara empiris mungkin tidak mudah terakui dan sebagai symbol Dia externally tidak perlu dilekati secara fanatis apalagi dimanipulasi namun internally secara esensi bukan hanya perlu difahami secara holistik namun harus dijalani secara autentik .. Walau mungkin terlambat/ masih tersesat/ memang lambat namun semoga tetap tidak terlalu lengah terlelap untuk masih tetap perlu banyak belajar dan berlatih agar menjadi lebih terjaga lagi. Spiritualitas walau tampak sederhana memang sangat complicated (satu gerbang ilmu hanya bisa dibuka jika wilayah ilmu-laku-teku sebelumnya bukan hanya telah difahami dan dijalani namun telah dicapai / dikuasai dan tanpa dilekati perlu dilampaui untuk memasuki gerbang berikutnya). So, sebagaimana wadah yang kosong, resik dan terbuka yang memungkinkan terisi lebih penuh, murni dan terjaga bukan hanya perendahan keakuan untuk melayakkan peningkatan reseptivitas diri namun tampaknya perlu penghampaan keakuan untuk lebih melayakkan penyelaman/ pencerahan yang lebih dalam lagi. Sangat ditunggu Dhamma Desana/ Dhamma Class tentang Dhammacakkapavatana Sutta menjelang Waisak nanti. Anumodana atas Mahakusala Parami semua Dhamma Dana yang diberikan … Selamat Tahun Baru 2019 dan semoga kebahagiaan/kedewasaan untuk menerima segalanya sebagai media pemberdayaan adanya , kewaspadaan untuk tetap terjaga tak terpedaya dan kebijaksanaan untuk senantiasa semakin terarah dalam memberdaya bisa diaktualisasikan dan direalisasikan selanjutnya …. Namo Buddhaya. Sabbe Satta Bhavantu Sukkhitatta. Appamadena Sampadetha. Dhammo Have Rakkathi Dhammachari. Gate Gate Paragate Parasamgate Bodhi Svaha.

https://www.youtube.com/watch?v=z1mMrR6Fwj8
Anumodana , Bhante Santacitto dan DBS atas pembahasan mendalam lintas sutta plus kitab komentar tentang kumarapanha sutta cukup mengesankan dan sangat menegaskan kebulatan desain atas kandungan kompleks paradoks konsep terminologis ahara 4 (yang ternyata tidak sedangkal verse sutta seperti yang kami perkirakan sebelumnya). Kebijaksanaan transedental dalam faktisitas keterlibatan eksistensial tanpa perlu kemelekatan esensial khas Buddhisme kembali menunjukkan keunggulan klasnya yang walau tetap meliputi namun mampu melampaui delusi permainan konsep samsara ini. Buddha dan Buddhisme sungguh merupakan figure dan system yang sangat unik dan menarik. Buddha tanpa menafikan factor mistik parami dan level tihetuka pugala bawaannya secara genius mampu memanfaatkan keberadaan mediocre sugati-dugati alam dunia sebagai manusia dengan mampu men-triangulasi pengetahuan/pengalaman , merealisasi pencapaian/penembusan dan memformulasi kaidah paradigma yang bukan hanya terbuka (untuk realisasi pembuktiannya) namun juga terjaga ( dalam konsistensi kebenarannya ) jika telah difahami secara utuh dengan benar, bijak dan tepat. Besar harapan kami pada saat mendatang Alagaddupama sutta (sutta ular air) juga dibahas mengingat bukan hanya memahami idea pandangan benar namun juga cara mensikapi pandangan secara benar adalah kemutlakan yang perlu dijalani dalam selancar penempuhan lokuttara dhamma ini. Sehingga saddha (kebijaksanaan pandangan awal bagi realisasi pembuktian tidak sekedar sanna pembenaran indoktrinasi ‘blind faith’) yang dibangun sebagai pondasi pada JMB 8 dapat teraplikasi tumbuh berkembang berkelanjutan dalam Panna kesejatiannya (pra & paska pencerahan) serta terhindari kekonyolan eksternal militansi – fanatisme primordial, pembenaran eksploitasi identifikatif yang cenderung terjadi pada religi/mistik yang masih (sudah / memang?) berada di level lokiya dhamma.

https://www.youtube.com/watch?v=snnxTWzeeD8
Anumodana Bhante Santacitto dan DBS atas Dhamma Class Kumara Panha Sutta … Sayang baru terbahas 4 dari 10 pertanyaan yang walau tampak sederhana namun ternyata sangat mendalam dari Buddha Gotama yang dijawab Arahat Sopaka (1 ahara /samaditthi sutta 4: kabalika, phassa, manosancetana, vinnana/ 2 nama-rupa /simile pancakhanda phema sutta & Magic of Mind kalakarama sutta – Bhante Nanananda / , 3 Vedana /sukha-dukkha-asukhamasuka/,  4 Cattari ariyasaccani / KM 4 ; Visuddhi Magga : Sankhata = 1 pengertian Dukkha Samsara, 2 Tanha penyebab Dukkha, 3 JMB 8 untuk melampaui Dukkha via menembus pengetahuan dan pembebasan sejati & Asankhata = 4 Realisasi Nibbana) … Padahal kami masih menunggu hingga akhir pertanyaan ke 10 Faktor atribut Arahat (Mahacattarisaka Sutta= JMB 8 bagi para siswa penempuh + 2 khusus level arahata : Sammāñāṇassa & sammāvimutti ? ) dan berharap input Rathavinita-sutta (dasar 7 jalan Kesucian Visuddhi Magga Buddhagosa ? ) juga dijelaskan sbg 'bridge' atas kesenjangan referensi kami pada tayangan retreat pabajja DBS / Sayalay Uttara sudah membahas sampai pada tahap penembusan materiality / mentality ?/. Namun demikian dikarenakan faktisitas yang ada,  kami tetap bersyukur telah mendapatkan informasi berharga dari sesi ini. Namo Buddhaya. Sabbe Satta Bhavantu Sukkhitatta

https://www.youtube.com/watch?v=tPAi5_mgmWE
Pembahasan yg sangat dinantikan, telah terwujud. https://youtu.be/2MExiXR7md8
Anumodana Bhante Ashin Cakkapāla dan DBS dan Terima kasih juga kepada Bapak Hermannurhadi atas sharing Blog & Vlog anda … Jujur saja semula saya sering tersenyum kecut kepada diri sendiri di hadapan misteri senyum harmoni visuddhakarunanana Buddha rupang dikarenakan terkadang begitu rumitnya memahami ‘jalan fikir’ Nya dan lebih sangat sulitnya menembus ajaranNya (bukan hanya yang tersurat dan bisa diungkap tetapi juga yang mungkin masih tersirat dan perlu disingkap), namun video anda tentang aktualisasi spiritual di atas (maaf … tidak mencela) membuat saya bisa terhibur dan tersenyum lebar sejenak /karena saya sempat kaget dengan kopiah muslim yang bapak kenakan, isi pembicaraan dan salam akhir yang diucapkan/ … saya respek dengan antusiasme kepolosan, kesadaran dan ketulusan bapak untuk saling berbagi kepada sesama dalam perjalanan keabadian ini. Izinkan saya menyerap isi blog dan vlog bapak untuk kemudian (dalam kelelahan dan pelapukan di usia senja ini) jika memungkinkan saya juga akan berbagi tentang referensi dan refleksi tentang permainan keabadian yang disebut samsara kehidupan ini … delusi mimpi - yang jika mampu walau sejenak - kita perlu terjaga akan kesejatian segalanya.
Terima kasih atas respek & respon dari iseng saya pak @Teguh Kiyatno. Saya simpatisan Buddhism, kenapa? karena karma lampau saya menyebabkan saya hidup saat ini hidup di lingkungan Non Buddhism (isteri, anak & lingkungan). Namun patut disyukuri karena saya mengenal ajaran Dhamma skrg ini, dan ajaran tsb mudah didapat skrg melalui Inet (YouTube, Blog & Situs Web). Dan Inet itulah yg dpt mengisi waktu luang saya utk iseng membuat Blog & Vlog Suka2, syukur2 bs menginformasikan kpd khalayak ramai non Budhism bhw ada pengetahuan lain yang berbeda (padahal pengetahuan tsb adalah kesunyataan), agar mrk bs lbh wellcome dg perbedaan, bs memaklumi yg lain, lbh bijak & tdk salah (keblinger) dlm mengamalkan ajaran agamanya. Terima kasih juga jika bpk berkenan sekali2 hadir di Blog & Vlog saya. Salam.

https://www.youtube.com/watch?v=Eb-BeHYCLag
Anumodana Bhante Ashin Kheminda dan DBS atas tayangan publik 6 sessi Dhamma Class kajian Āsīvisopama Sutta ini. Semula kami merasa sutta ini agak intimidatif namun kemudian kami bisa menerima sutta yang memang karakeristik yang beralur tema dukkha ini sangat informatif dan inspiratif pada akhirnya. Terlebih lagi bahasan kali ini juga ditambahkan proses pencerahan 16 nana melalui penembusan materiality - mentality yang kami tunggu. (plus jawaban bhavanga pada meditasi retreat peserta) Sama seperti perlunya segera terjaga dari tidur bermimpi & mengigau maka Nibbana Pencerahan sesungguhnya adalah hak bagi semuanya untuk disadari / difahami (baik Sangha Bhikkhu / umat awam bahkan setiap makhluk dalam samsara ini).... Perkara mereka akan mau menempuh dan mampu menembusnya itu terserah pribadi masing-masing /Dilemma faqir para pembabar : Walau mungkin tidak disalahkan untuk tidak memberitahu kepada yang belum layak menerima namun tidaklah bisa dibenarkan untuk menyembunyikan kepada yang memang layak menerimanya (bukan hanya karena 'under-estimate' kemampuan namun karena 'urgency' keperluan yang bersangkutan)/ Namo Buddhaya

https://www.youtube.com/watch?v=OfvYT8o2Wds
Munafik arahat palsu Bahiya 1 43:32 kukuh teguh dalam kemunafikan. 1:02:01 arahat palsu
Anumodana Bhante Ashin Kheminda dan DBS atas tayangan public Dhamma Desana Bahiya Sutta ini setelah Asivisopama sutta lalu..
PROLOG  
Untuk kesekian kalinya saya harus jujur mengagumi kebijaksanaan taktis demi transendensi pencerahan yang bukan hanya translingual namun transrasional Buddha Gautama sebagaimana pembabaran alur dukkha asivisopama sutta sebelumnya untuk menyadarkan faktisitas keberadaan problem dilematik samsara diri (analisis 16 nana vipassana paska samatha : via ‘stepping stone’ nibbida untuk melonggarkan cengkeraman upadana kemelekatan papanca samsarik agar sankhar-upekkha keberimbangan formasi termantapkan - anuloma peniscayaan tersesuaikan dan transformasi gotrabu terlayakkan bagi realisasi magga-phala nibbana pencerahan sehingga keniscayaan aktualisasi kiriya non-karmik sebagai Ariya secara autentik murni terrefleksikan ).
STATISTIK ?  
Ke-Buddha-an adalah potensi nirvanik dari esensi murni segala level spiritualitas keberadaan samsarik yang harus menempuh faktisitas penempuhannya masing-masing . Nibbana adalah keterjagaan dan samsara adalah keterlelapan. Buddha sesungguhnya adalah Dia (semoga juga kita semua akan demikian) yang sudah bangun terjaga dari mimpi tidur samsariknya. Semua bhava samsara sesungguhnya (disadari atau tidak) adalah pengarung Dharma keBuddhaan di samudera samsara walaupun dalam label eksistensial bukan penganut ‘agama’ Buddha. So, (maaf) jangan terdelusi statistic kuantitas populasi Buddhist di permukaan.
Buddhisme yang dibabarkan Buddha Gotama adalah segenggam permata kebijaksanaan simsapa yang karena jangkauan pemberdayaannya sangat luas (tidak hanya untuk pendewasaan pribadi, keharmonisan duniawi, perolehan surgawi, pencapaian brahma, kemampuan abhinna namun bahkan terutama pemurnian bagi keterbebasan dari samsara ini) relative bukan hanya tidak lebih mudah difahami namun juga akan cukup susah untuk dijalani bagi semua bhava samsara yang masih terlelap dalam mimpi keakuan, terseret dalam banjir kemauan, tersekap dalam kesemuan , terjebak dalam kenaifan, dsb… sedangkan demi kelayakan penempuhan (terutama untuk ‘uncommon wisdom’ pembebasan) sejumlah kode etik kosmik kemurnian yang tidak selalu ‘popular’ dengan kecenderungan pembenaran samsarik kepentingan ego mutlak memang perlu dijalankan pelayakannya, antara lain kedewasaan menerima, mensikapi dan melayakkan diri atas kaidah karma ( > pembenaran manipulatif kepercayaan harapan/anggapan akidah pengampunan/ pelimpahan) , kemurnian aktualisasi holistik (> defisiensi kepamrihan/ pencitraan) , refleksi kasih murni tiada batas tanpa eksploitasi standar ganda, menjaga harmoni keseluruhan sebagaimana yang Beliau niscayakan tanpa noda (identifikasi pembanggaan kesombongan diri), tiada cela (eksploitasi pembenaran kepentingan diri) tetap bermain ‘cantik’ (harmonisasi transenden pada wilayah immanent … walau memiliki Dasabala keunggulan adiduniawi tetap bijak dan murni terjaga tidak memanipulasi tataran samsara duniawi dibawahNya …. karena walau samsara 'hanyalah' fenomena bayangan kenyataan semu dari Realitas kebenaran Nibbana namun adalah tetap tidak etis bagi yang telah terjaga melanggar ‘aturan main’ wilayah mimpinya . Samsara dalam advaita mandala ini tampaknya memang perlu ‘ada’ bukan hanya sekedar menampung aneka kehebohan pagelaran chaotik drama delusive bagi keterlayakan level episode berikutnya namun juga demi tetap berlangsungnya keberagaman pada kasunyatan abadi ini?) dalam masa pembabaran Dhamma paska pencerahan hingga parinibbana kewafatanNya (laporan ‘pandangan mata batin Ariya’ proses adiduniawi non-empiris paranibbana Beliau oleh Arahata Anurudha kepada Sekha Ananda atas validitas konsistensi keniscayaan Magga Phala Samma-SambuddhaNya).
BAHIYA SUTTA ?  
Dari prolog dan komentar awal tampaknya karakteristik alur tema Anatta akan dibabarkan pada sessi Bahiya Sutta ini. Sangat menarik untuk disimak karena pra asumsi awal kami … dari tilakhana, anatta adalah factor krusial pembeda yang membuat Ariya Dhamma ini bukan hanya melingkupi (bisa mencapai) namun juga mengungguli (bisa melampaui) lainnya (lokiya : asura dewata/ anenja brahma ?). Faktor Anicca dalam batas tertentu memang bisa difahami dan dilalui lokiya dhamma (norma duniawi – etika surgawi .. awas /ditthi + tanha/ dan sangat liarnya sensasi kemauan yang bisa menjerumuskan ke Lokantarika paska pralaya 2 ?) , factor dukkha pada level tertentu juga masih bisa disadari dan dicapai anenja dhamma ( unio mystica – pantheistics … awas /mana + avijja/ plus masih naifnya fantasi keakuan dimensi Abhassara untuk menyeret kembali dalam perangkap samsara paska pralaya 4 ? ) namun annata adalah factor penentu yang memungkinkan lokuttara dhamma ini mampu mengaktualisasi kemurnian penempuhan (> defisiensi kepamrihan & pencitraan) secara konsisten meniscayakan ‘peniscayaan/ keniscayaan’ dalam kelayakan realisasi pencerahan transeden (keterjagaan dari keterlelapan mimpi/ delusi samsara ini – keterbebasan ‘esensi murni’ ke-Buddha-an dari cangkang delusi ‘pancupadana khanda’ tanpa kebodohan identifikasi dan eksploitasi pembodohan dari keterpedayaan/ ketersesatan/ keterperangkapan intra-drama pengembaraan semu samsara ini kembali (singgah/pulang) ke ‘rumah sejati’ Nibbana ).
EPILOG
Dalam mandala advaita kasunyatan abadi ini sebagaimana samma-panna nibbana yang perlu disadari dan ditembus daya sentrifugal kebijaksanaanNya demikian pula tanha-avijja samsara tampaknya juga perlu difahami dan dilampaui daya sentripetal kecenderungannya. So, sebagaimana harmoni musik peregangan senar kecapi walau viriya memang diperlukan untuk mensegerakan dan konsisten dalam penempuhan namun tampaknya perlu juga panna kebijaksanaan untuk menjaga keberimbangannya dalam kewajaran harmonisasi eksistensial maupun kesadaran transendensi spiritualnya.
Semoga refleksi epilog ini tidak menjadi anti klimaks yang dianggap mementahkan samvega kegairahan yang tengah dibangun para Neyya Buddhist (karena ini juga akan berdampak merugikan bagi para truth seeker dalam menyerap referensi yang diperlukan bagi wawasan pengetahuan dan tataran penempuhannya juga).
Salam Namo Buddhaya dari padaparama di 'luar' sasana.2

https://www.youtube.com/watch?v=2UxXn_4I5wE&t=1186s
Anumodana Bhante Ashin Kheminda dan DBS atas tayangan public Dhamma Desana Bahiya Sutta hingga akhir ini. Banyak referensi informative yang berguna bagi para truth seeker untuk mengembangkan wawasan pengetahuannya dan semoga hendaknya menjadi refleksi inspirative bagi para Dhamma Vihari untuk meningkatkan tataran penempuhannya.2
Teguh Kiyatno, terima kasih sudah mengikuti seri ceramah ini. Sādhu...sādhu...sādhu1
"2:50" mulai desana
"3:50" skala prioritas kehidupan, antara lain kebajikan 10: Dhamma Savana kajian kitab suci.
"6:51": permohonan Bahiya kepada Buddha untuk Dhamma desana bagi pencapaian jhana - magga - phala.
"8:35" tradisi etis kata 'kami' > saya  
"9:43" kematangan indriya spiritual 5 /saddhā & panna, viriya & samādhi , sati /+sampajjana ?/= reseptivitas batin /perlu wadah yang layak bagi penembusan & pencerahan (boddhicitta ?)
"12:20" Samvega ketergugahan /kemendesakkan faktisitas kehidupan atas ketidak-pastian ketika tibanya kematian (baik karena prilaku diri atau bukan).
"15:11" kesadaran (kejujuran dan ketulusan) = kemurnian media bagi peniscayaan keberdayaan.
"15:53" alasan penundaan Dhamma Desana Buddha Gautama kepada Bahiya (kitab komentar) : demi kasih sayang , untuk respek Dhamma
"18:07" Panduan direct-insight Buddha Gautama kepada Bahiya Daruciriya : Oleh karena itu, Bāhiya, kamu harus melatih demikian — “Di dalam apa yang terlihat akan ada yang terlihat semata; di dalam apa yang didengar akan ada yang didengar semata; di dalam apa yang dikenali akan ada yang dikenali semata; di dalam apa yang diketahui akan ada yang diketahui semata.” •“Bāhiya, kamu harus melatih demikian dengan sungguh-sungguh. Bāhiya, ketika—untukmu—di dalam apa yang terlihat hanya ada yang terlihat semata… di dalam apa yang diketahui hanya ada yang diketahui semata… •… oleh sebab itu kamu, Bāhiya, bukan karena itu. Ketika kamu, Bāhiya, bukan karena itu maka kamu, Bāhiya, tidak di sana. Ketika kamu, Bāhiya, tidak di sana maka kamu, Bāhiya, tidak di sini tidak juga di sana; tidak di antara keduanya. Hanya inilah akhir dari dukkha
"19:29": transedensi penempuhan via latihan simultan adhi sila, adhi citta & adhi panna . JMB 8 maksimal demi 10 kualitas arahata = Samma "saddha" 2 : Pandangan Benar (sammā ditthi), Pikiran Benar (sammā samkappa) – Samma Sila 3 : Ucapan Benar (sammā vācā), Perbuatan Benar (sammā kammanta), Mata Pencaharian Benar (sammā ājiva) – Samma Samadhi 3 : Upaya Benar (sammā vāyāma), Perhatian Benar (sammā sati), dan Konsentrasi Benar (sammā samādhi) /Dhammacakkhapavatana sutta / + Samma Panna 2 : Pengetahuan Benar (samma nana) & Pembebasan Benar (samma vimutti) / Mahacattarisaka Sutta/) ?
 "21:26" Panna Phasa (kontak bijak ) dalam meditasi insight ? merealisasi karakteristik anicca, dukkha, annata atas 6 obyek (indrawi 5 & batin 1) via proses kognitif dalam rangkaian kesadaran pada landasan semata sehingga tanpa persepsi reaktif lobha, dosa & moha demi parinna (pengetahuan akurat yang harus diketahui & diinvestigasi pada proses citta niyama tersebut) termasuk bhavanga.
"53:36" definisi anicca - dukkha - annata. Anicca ketidak kekalan fenomena : muncul - lenyap tak kembali lagi. dukkha penganiayaan muncul - lenyapnya fenomena. Anatta tanpa terkendali diri.  
"56:39" magga pembebasan meditatif : tiada lagi terserap mengidentifikasi karakteristik fenomena alamiah kesadaran dalam lobha, dosa dan moha tsb sebagai "diri" (aku - milikku)
"1:06:33" fenomena melihat karena gabungan empat kondisi alamiah tanpa diri semata : sehatnya indra mata, adanya obyek bentuk yang masuk dalam jangkauan mata, ada cahaya dan ada perhatian.
 "1:09:07" persepsi identikatif "ini milikku, ini aku, ini rohku" karena adanya tanha (nafsu keinginan), mana (kesombongan) , ditthi (pandangan salah).
"1:11:11" pandangan tegas Theravada tidak adanya alam antara paska kematian . misinterpretasi pandangan mencapai nibbana di interval (Theravada merujuk hanya bagi anagami di suddhavasa yang kemudian mampu mencapai nibbana )
"1:16:24" kemunculan magga citta & Phala citta Bahiya
"1:17:09" nibbana : anupadisesa & saupadisesa :; parinibbana : kilesa parinibbana - khanda parinibbana
"1:18:57" dampak karma buruk masa lalu untuk kewafatan masa kini Arahat Bahiya. Samana Dhamma Bhikkhu (pariyati - patipati). pencurian pata civara pacceka Buddha pada masa tiada Buddha. kerbau yakhini.
 "1:26:16" dhammapada 101 & etadaga khippābhiññāna
"1:29:17" Sasana ini tidak menyulitkan. Kepatuhan Bahiya untuk tidak menyulitkan.
 "1:30:22" Nibbana vs Lokantarika. Kegelapan tidak dapat eksis pada Dhamma yang tidak memiliki rupa.
"1:32:53" jawaban pertanyaan : dukkha disebabkan anicca anatta juga? Walau tidak menolak adanya fenomena sukkha, namun secara hakiki sukkha bisa berubah (muncul -lenyap) dan terkondisi juga oleh karenanya bisa diartikan dukkha (logika pada anatta lakhana sutta). tiada fenomena muncul lenyap pada realitas Nibbana.
"1:36:37" Dhamma desana selesai
@Dhammavihari Buddhist Studies terima kasih atas Dhamma desana tsb. Maaf semoga ini tidak dianggap tranyakan jika saya menanyakan "1:11:11"  tentang antara bhava .... Grand Design Samsara memang delusif (seperti labirin fatamorgana yang tidak selalu mencerahkan namun bahkan sering terkadang menyesatkan) namun tidak chaotik (dalam artian konsistensi niyama dhamma penyangganya). Puluhan tahun yang lalu saya pernah membaca buku (mungkin Anand Khrisna ?) yang membahas Bardo Thodol Chen Mo /Vajrayana Tibetan/ bahwa Guru Padmasambhava ada mengatakan bahwa proses pencerahan masih memungkinkan menjelang kematian dengan cara melampaui bardo ?(walau mungkin akan sangat sulit bagi puthujana non-meditator untuk melampauinya dalam kondisi naza dimana kesadaran melemah untuk segera jatuh dalam arus bhavanga yang semakin menguat mengiringi gati nimitta yang semakin jelas ). Dan bagaimana pandangan Theravada dan kitab komentar tentang keberadaan Buddhasetra Amitayus/Amitabha - surga sukhavati Mahayana ( 48 Maha-Pranidhana ikrar suci Bhikshu Dharmakara di bawah bimbingan Buddha Lokesvararaja : Nanya Sutra) ? . Maaf kami memang tampak masih mencari "celah" karena kebersihan kilesha hanya bisa dilakukan magga phala nibbana bukan sekedar jhana samatha apalagi ritual upacara semata maka alam antara di samsara ini yang memang sangat kondusif dan bhava samsara yang jelas reseptif untuk pencerahan Nibbana memang benar yang tegas dinyatakan Theravada hanya 5 alam suddhavasa dari 31 alam kehidupan ( tinggal 5 dari 10 samyojana yang belum ? ) sebagaimana anagami Brahma Sahampati. ( komentar balasan  tampaknya di’hide’ …. Sangat bijak  untuk menghindari resiko dan dampak jika harus dibiarkan terpublikasi)
Komentar berikut (?)
Bahiya 2 :
Bhante Kheminda : asava asal avijja ? … advaita mandala : mentari nibbana dalam biasan pelangi samsara ?
Bhikkhu Boddhi : makhluk karena proses kimiawi (kosmik : rupa jivitindriya + nama cetasika … ahara Lokantarika & cittta abhasharra ?).  It is just a play.. mentari dibalik pelangi. Tak ada yang perlu dilekati apalagi dibenci. Walau tetap perlu keterlibatan namun harus dengan kebijaksanaan. Orientasi keabadian adalah keberdayaan penempuhan … Melampaui bukan menjauhi. Senyum harmonis sabbanutta nana Buddha untuk yang tersirat dari apa yang tersurat.
Mahacattarisaka sutta 1 :
Mahacattarisaka sutta 2 :

https://www.youtube.com/watch?v=ZUylYtGfJmM
Anumodana Bhante Ashin Kheminda & DBS atas tayangan 4 sessi Dhamma Desana  Mahācattārīsakasutta yang cukup sarat dengan referensi informative / refleksi inspirative di dalamnya.
Terima kasih telah memilih sutta yang sesungguhnya merupakan Desain Global Dhammadhipateyya Buddhisme dalam transedensi penempuhan simultan (adiduniawi > duniawi) JMB 8 maksimal demi 10 kualitas arahata = Samma "panna" 2 : Pandangan Benar (sammā ditthi), Pikiran Benar (sammā samkappa) – Samma Sila 3 : Ucapan Benar (sammā vācā), Perbuatan Benar (sammā kammanta), Mata Pencaharian Benar (sammā ājiva) – Samma Samadhi 3 : Upaya Benar (sammā vāyāma), Perhatian Benar (sammā sati), dan Konsentrasi Benar (sammā samādhi) /Dhammacakkhapavatana sutta/+ Samma Panna 2: Pengetahuan Benar (samma nana) & Pembebasan Benar (samma vimutti) / Mahacattarisaka Sutta/).
Selamat Hari Raya Trisuci Waisak 2563 BE/2019 M. Namo Buddhaya bagi Beliau yang telah murni terjaga sebagai Samma Sambuddha , yang telah membabar Ariya Dhamma (lokuttara > lokiya) tiada noda dan yang telah mencapai parinibbana (kilesa + khanda) tanpa cela

https://www.youtube.com/watch?v=Z2cLyiZDPHE
Anumodana Bhante Ashin Kheminda & DBS atas tayangan Dhamma Desana menarik Pengkajian Kitab Suci (PKS?) Alagadupamma Sutta paska Dhamma Dipateyya kualitas Arahat 10 Mahacatarisaka sutta dan Dhammacakhapavatana sutta Waisak lalu..
Sesungguhnya banyak sekali referensi informative dan refleksi inspirative yang kami dapatkan dari 2 sessi awal ini. Namun dikarenakan keterbatasan faktisitas masih rendahnya keberdayaan intelgensi (intelek,& intuisi – insight x instink), masih ribetnya harmonisasi keberadaan eksistensial padaparama grihasta di luar sasana (muslim), masih belum bijak meluangkan prioritas kepadatan waktu yang tersedia serta masih-sulitnya mengungkapkan idea dalam rangkaian kata/kallimat yang tepat dan ringkas maka tidak mungkin tuntas kami ungkapkan segera dan seketika.
Prolog :
Orientasi mendasar dan mendalam (obsesi internal > ambisi eksternal) truth seeker hanyalah menemukan Parama Dharma (Dharma Sejati Azali yang Abadi ?) Realitas Kebenaran Tunggal tersirat yang mewujudkan keberagaman label & level fenomena keberadaan yang ada (tentu saja sesuai dengan batas jangkauan referensi dan realisasi  intelgensi yang mampu dicapainya) sebatas immanent /lokiya/ atau  transcendent /lokuttara/ , dalam level instinctif ,intelektual, intuisi hingga bahkan insight sebagaimana yang dalam pandanganBuddhisme kembali ditemukan manusia istimewa Siddharta mencapai Samma Sambudha yang kemudian dengan ketulusan VisuddhakarunaNana dari keluasan Sabbanuttanananya Beliau sampaikan sebagai panduan taktis penyadaran, penempuhan dan penembusan kepada para Ariya Savaka … Dhamma pembebasan yang relative sama juga yang akan dibabarkan Samma SamBuddha Maeteyya paska Tusita dan yang juga kelak ditempuh pacceka Buddha (Devadatta paska kebangkitannya dari neraka avicci, Mara papimma Namucci paska penyadaran Bhante Upagupta di zaman Ashoka padanya), dst.
Setiap dari kita sebagaimana bhava samsara yang lainnya pada hakekatnya adalah para truth seeker yang masih heboh dengan pagelaran ‘dagelan nama-rupa’ samsara ini, permainan mentari yang terbiaskan (terpantulkan) dibalik biasan keberagaman aneka pelangi … terlelap bermimpi dan melantur belum terjaga bahkan bukan karena tidak mampu namun belum sadar untuk terjaga.
So, tanpa menafikan tetap perlunya menjalankan harmonisasi tanggung jawab atas lakon eksistensial  yang diperankan , perlu diperhatikan bahkan seharusnya diutamakan transendensi esensi spiritual kelanjutan nanti.
Kebijaksanan antisipatif untuk oroentasi tanpa niatan intimidasi
Awas ! walau memang ada effek kosmik dari apapun yang kita lakukan (tindakan/ ucapan/ fikiran/ perasaan) namun senantiasa ada dampak karmic untuk itu … terlalu melekat tanpa kebijaksanaan akan membawa penderitaan (stress duniawi – rebirth : apaya : tirachana karena kebodohan – niraya akibat kemarahan. Petta ? tanpa keharmonisan universal Brahma Vihara Upekha Mudita sulit layak sebagai paradatujivika biasanya cenderung pada 3 jenis peta lainnya (karena pamrih ketamakan, pelekatan kebencian, kedangkalan pandangan, etc).
Ini adalah Dhamma yang dewasa dan perlu disikapi dan dijalani secara dewasa.  Perlu kebijaksanaan antisipatif untuk waspada terjaga dari segala kemungkinan Keberdayaan tidak sekedar kepercayaan. Kelayakan bukan pelagakan …
Perlu Adhi Sila kemurnian prilaku ( baiknya : aktualisasi murni tanpa eksploitasi tiada identifikasi demi kualitas kusala parami > punna (transaksi pahala) … Peniscayaan Keniscayaan – rintisan karir pengembangan keterarahan sikap batin ariya yang menyadari tilakhana dan menjalani hidup bijaksana berkesadaran Panna Phasa x tanha vedana – Uncommon wisdom ‘Kundalini’ Paticca Samupada)
Lagi … Dana Sila bagus? belum pasti surga kamavacara dicapai (inoptative dampak karma kehidupan lampau bisa jaditidak instant pada kehidupan berikut karena tabungan karmic kehidupan lampau sebelumini – Mahakammavibhanga sutta). Bisa surga ? tidak langgeng tanpa keselarasan Brahma Vihara Metta Karuna, penghindaran issa machariya  kebajikan jatah punna kusala habis apalagi jika hanyamengumbar nafsu kesenangan saja bisa jatuh ke asura  lagipula surga masih akan terkena pralaya setelah dunia …
perlu meditasi Adhi Citta kemurnian Samadhi !
Terus .. Bisa meditasi ? Belum jaminan bisa ke alam Brahma perlu stabil untuk mengatasi naza , melampaui bhavaanga dan melintasi bardo. Bisa Brahma ? Perlu Jhana 4 untuk aman daripralaya … untuk memperkokoh ketenangan + arupa jhana keheningan memperluas jangkauan   Awas kemelekatan abhinna & arupa jhana  + penyimpangan asanasata jhana 4 (pembebasan adalah pencerahan bukan penyangkalan / keterlelapan) . Belum terbebaskan dari samsara? ….
Perlu Adhi Panna kebijaksanaan 
Lanjut ? Tembus tilakhana (vipassana ~ mahavipasssana ? ) – pelayakan silsilah bagi keniscayaan kesucian  magga phala Nibbana. (sotapanna – sakadagami – anagami – arahata). Selesai. Keniscayaan terniscayakan. tindakanpun Kiriya tanpa karma (senantiasa kusala x akusala). kualitas spiritual Tidak terlekati > mampu tidak melekati > tidak mau melekati.  Terjaga > tersadar > terlelap.
Parinibbana kilesa hingga parinibbana khanda tiba.
So, melalui aktualisasi murni tanpa eksploitasi tiada identifikasi orientasikan pada tujuan Nibbana … maka jikapun belum sempurna masih ada kemungkinan yang lebih baik yang mungkin dicapai. (Brahma Jhana 4 Suddhavasa : lolos samsara > Brahma Jhana 4 Vehapala : lolos pralaya > Brahma Jhana 3 : tahapan moksha ?  > Brahma Jhana 2 Abhassara:  kembali samsara > surga hikmat Laduni 3 (antara lain Tusita) > surga nikmat indrawi 3 (antara lain surga sengketa Tavatimsa)…
Kita seperti anak nakal  dengan aneka peran bhava khanda pengembaraan ini  (avisopama sutta mengibaratkan sebagai pencuri ?). Esensi murni yang tidak mengerti kesejatiannya atas kesunyataan ini . Buddha jatuh (Laten Deitas kemurnian yang terlelap dalam mimpi atta samsara) > Brahma jatuh (Laten Deitas fantasi keakuan Ilahiah yang terpancar dari sumbernya – Unio Mystics : Emanasi Tanazul – Taraqi /Kasih Universal  ) > Dewa jatuh (Laten Deitas yang jatuh dari kenikmatan surgawi – Religi : Transaksi Tuan - Hamba) :  
Referensi & Refleksi
1. Analisis : Rasionalitas Kebenaran Samana Dhamma atas rasionalisasi pembenaran Bhikkhu Aritha ?
Semula , saya berharap.
Vimutti Sangha ~ Ariya Sangha  Buddha Sasana ~ Replika Suddhavasa ? (Brahma
Sahampati > petapa Upaka, upasaka Tapussa  & Bhallika , mistisi Alara Kalama Uddaka Rāmaputta, Pancavagya ) : reseptivitas anagami (jhana 4 murni vs rupa asanasati / nama vehapala : tak terjangkau pralaya , aman dari samsara tinggal nibbana : lampaui nivarana 5 tinggal perkuat  pancindriya 5 atasi 5 samyojana 10, tak lagi terjerat sayap lobha dosa tinggal moha : transcendental > universal x eksistensial).
Tebhumaka : Adhi Sila kamavacara + Adhi Citta Bhavana (rupavacara ketenangan + arupavacara keheningan) + Adhi Panna (nana visuddhi 16 vs nanakilesa 10 : Magga Phala Nibbana )
Selibat ? peniscayaan keniscayaan (persiapan & kesiapan Ariya : Anagami & Arahata – Buddha Savaka). Pembebasan bukan hanya karena kearifan , keahlian  namun kesucian (keniscayaan transcendental > universal > eksistensial).
So, maksud tersirat kebijakan vinaya  selibat (pindapatta, etc ?).effektif bagi samana dhamma yang lebih intensif (pariyati , patipati untuk pativedha). Bunga di taman yang tepat lebih mudah berkembang daripada teratai di rawa berlumpur (rentan terbenam) ?
2. Pensikapan Dhamma sebagai media penempuhan hingga bukti pemastian kemurnian risalah bukan sebagai dogma pandangan.
Semula . sanna vs panna (Bhante Punnaji : Sutta Nipata )
Ternyata : Pariyati 3. Bahasan
4. Papanca Dhamma : enam pelekatan
analisis intuiitif mirroring : Tanha - Mana - Ditthi ~ lobha , dosa, moha
Bahasan Lintas Dhamma : Tat Twam Asi (Kaidah Universal Hinduisme) - anda lah Dunia  (Jiddu Khrisnamurti ? / Aliran Theosofi ? / Filsafat eksistensial Barat : JP Sartre?) -
5. Sabbanutta Nana atas Realitas / keteledanan welas asih kepada Savaka atau pencela ?
Segalanya anicca, dukkha dan annata .. tak perlu melekati apalagi membenci.
Awas paradox intuitif x berfikir linear ? Janganlah marah jika mencelaku ? (: mencela yang tercela saja salah –mana (kesombongan perbandingan atta) apalagi yang tak sepantasnya dicela karena ketulusanNya  (kezaliman - Kamikaze kebodohan) 
Tanya :
1. Asava sumber avijja ? (Abhidhamma teaser – Sutta ?).
Osho : Advaita paska Nibbana ? / Brahma Vidhya : Saguna – Niskala ?./
Keungulan pragmatis level keberdayaan Ariya Buddha seandainya terjadi anomaly chaotic > empiric delusif.
Saran
1. Mukhtashor Fiqih (akidah syariat ) / Hikmat (kaidah Tarekat ) Buddhisme > obsesi ideal translasi Pali Ina 1000 tahun ?
Perlu ikhtisar global pedoman taktis Buddhist ( termasuk/terutama umat awam).
Tanpa niatan mementahkan samvega bagi process by product kusala parami yang dilakukan demi ketuntasan product referensi perlu diprioritaskan panduan ringkas praktis (effisiensi waktu, urgensi kemendesakan usia bagi patipati > pariyati, etc) 
Identik Tipitaka (Ringkasan Utama – Referensi – Ulasan  dst)
Deduktif > induktif , Inti – uraian , sketsa visual – rincian verbal.
Sample seperti panduan negeri Buddhist Myanmar kepada warganya (pariyati-patipati-pativedha untuk umat awam /lay people, house holder/), dsb
Link referensi (Google Drive , Blog khusus ?)
DST 
Epilog ( komentar tampaknya didelete. Terima kasih untuk menghindari resiko dan dampak jika harus dibiarkan terpublikasi)

https://www.youtube.com/watch?v=w-QhMDG_vHY
"12:59" pernyataan awal samsara tidak diketahui ? Tampaknya bukan hanya kejujuran autentik Buddha "30:00" namun kebijakan holistik Buddha untuk membatasi simsapa yang perlu diketahui Ariya Savaka atas kemendesakan positivis penempuhan pencerahan ketimbang terjebak dalam referensi spekulatif rimba pendapat yang walau mungkin tidak disalahkan untuk 'pemuasan akal' (semisal konsep intelektual advaita vedanta, saguna - nirguna Brahma Vidhya) namun tidak dibenarkan jika kepuasan pengetahuan intelektual itu justru akan menghalangi penempuhan spiritual yang seharusnya diutamakan. Beliau yang telah mampu melampaui roda samsara dan merealisasi Nibbana tampaknya memahami ini. Realisasi autentik kesadaran, kecakapan dan kelayakan Ariya secara pragmatis lebih effektif .... Keteladanan Samma Saddha Bhante Arahat Upagupta di zaman Asoka. "17:35" kemunculan avijja dari asava 4 (sammaditthi sutta ?). kilesa laten samsarik anusaya pariyuthana vitikama /derivat asava : anusaya - nivarana - kilesha ?/ "29:57" Bhava cakka "31:12" avijja padhana 3 vatta

https://www.youtube.com/watch?v=Vtlc9N-P9-U
Anumodana sangat mengapresiasi & bermudita kembali atas aktualisasi kusala parami (Dasapunnakiriyavatthu : dhammadesana, etc) Bhante Kheminda + DBS & youtube. Banyak referensi dan refleksi atas kajian kitab suci Bhārasutta dan Susimasutta.

https://www.youtube.com/watch?v=PExHl6vuep8
Anumodana Bhante Ashin Kheminda & Happy Anniversary DBS. Terima kasih sangat mengapresiasi & bermudita kembali atas aktualisasi kusala parami dhammadesana via media youtube ini. Banyak referensi dan refleksi atas kajian hingga saat ini. Semoga jika tidak memampukan kesegeraan realisasi (plan A) masih memungkinkan peningkatan kualifikasi (plan B) setidaknya pemantapan orientasi (plan C) bagi para penempuh Saddhamma ini untuk waktu selanjutnya.
"1:00:01" kalimat penutup ini sangat mengesankan dan cukup melegakan saya. Semula saya memperkirakan pembabaran Dhamma dengan gaya agama walau akan memperkuat kemantapan eksistensialnya namun cenderung akan memperlemah keterarahan transendentalnya. Papanca kecenderungan defisiensi pembenaran kepentingan via identifikasi untuk eksploitasi lokadhamma bisa menyimpangkan kemurnian pergerakannya. Tetap realistis tidak opurtunis (karena walau samsara ini delusif namun tidak terlalu chaotik ... Niyama Dhamma yang Impersonal Transenden cukup kokoh menyangga permainan "abadi" nama rupa di samsara ini ... perlu keselarasan, keberimbangan dan kebijaksanaan untuk tidak perlu melakukan penyimpangan, pelanggaran bahkan penyesatan yang akan menjadi bumerang kelak ... kemurnian diutamakan tidak sekedar "kelihaian" ). Buddhisme adalah Dhamma penempuhan yang mengutamakan keberdayaan autentik bukan agama penganutan yang mendoktrin kepercayaan fanatik. Saddha adalah awal keterbukaan untuk penempuhan bagi pembuktian kebenarannya (bukan hanya karena memang telah tercapainya Ariya magga namun dampak by product kedewasaan dan keberkahan yang didapatkannya dalam perjalanannya). Untuk penempuhan hingga pencerahan sangat diperlukan bukan hanya kebenaran idea pandangan, namun juga cara pensikapan , arah penempuhan dan mode pengarahan yang tepat dan layak hingga tujuannya. Semoga dengan ini kekhawatiran/keprihatinan alm YM Bhante Punnaji tidak (segera?) terjadi.

https://www.youtube.com/watch?v=urnAcmkFJm8
Terima kasih untuk tayangan video ini, pak Hermanuhadi . Bukan hanya sangat informative namun sangat inspirative bagi kami para seeker. Hanya sedikit yang cukup peka dan jeli memahami tipis /halusnya scenario samsarik permainan kehidupan ini. Lao Tse ada menyatakan jika kita hanya pintar maka kita sesungguhnya  masih bodoh. Pemberdayaan talenta intelgensi seharusnya tidak sekedar melampaui instinctive untuk mencapai intelektualitas (tanpa maksud merendahkan  karena inipun cukup wajar dan sangat perlu untuk harmonisasi keduniawian). Adalah perlu mengembangkan intuisi dan insight bagi pelayakan realisasi transenden yang lebih murni/sejati , pengarahan aktualisasi yang lebih bijak/bajik dan pemantapan orientasi yang lebih handal/mantap baik dalam kehidupan ini maupun berikutnya dalam segala keterbatasan dan pembatasan yang harus diterima, dikasihi dan dilampaui sebagaimana kesedemikianannya keterjagaan yang seharusnya terniscayakan. Terus tertidur dalam mimpi samsarik walau terkadang mengasyikan namun itu adalah permainan kesemuan belaka. Segeralah bangun adalah  suara keheningan Niyama Dhamma yang kemudian diungkapkan oleh beliau yang telah terjaga.  
Saya salut bukan hanya karena kefahaman dan kesadaran ini  namun terlebih lagi karena kepolosan dan ketulusan bapak Hermanuhadi untuk berbagi yang belum bisa (tidak berani?) saya lakukan. Dipersimpangan jalan walau saya berusaha untuk empathy demi harmoni namun kurang holistic untuk autentik (munafik?) sehingga tidak cukup gentle untuk mengungkapkan pandangan kebenaran yang sesungguhnya sangat diperlukan bukan hanya untuk diri saya sendiri namun juga bagi semuanya. Kita memang hanya layak mendapatkan apa yang kita berikan (kebaikan atau keburukan termasuk pembabaran pandangan/ kebenaran ini). Dengan harapan bahwa jika saja saya tidak bisa segera menemukan kebenaran itu sendiri saat nanti maka kebenaran akan kembali menemukan saya dalam ketersesatan perjalanan untuk melanjutkan kembali penempuhan di saat nanti tampaknya saya merasa perlu berbagi pandangan dan referensi paradigma paramatha yang walau secara intuisi sesungguhnya sederhana dalam kemurnian namun secara intelektual rumit untuk difahami, secara instinktif sulit dijalani dan  apalagi secara insight sulit direalisasi.
A LETTER FROM A SEEKER (sepucuk surat dari seorang pencari)
Terima kasih banyak atas komentar bpk yg baik, saya membacanya sampai 3 x utk bisa memahaminya. Terima kasih. Semoga semua mahkluk berbahagia.

https://www.youtube.com/watch?v=9b75jJJEpgI
Dhammavihari Buddhist Studies 13,1 rb subscriber
Saddhu 3x, Bhante Ashin Kheminda atas bahasan kajian kebenaran Saddhama yang relative cukup ‘berani’ tentang Brahmajala Sutta. Cukup terperinci pembahasan mengenai 62 lokiya sankhata dhamma yang dikategorikan sebagai miccha ditthi (pandangan salah  yang dangkal & tidak mendalam/mendasar) berdasarkan realisasi asankhata lokuttara Dhamma dari Buddha Gautama.
Sayang sudah dicukupkan pembahasannya dalam 6 sessi ini…. Padahal kami masih menunggu bahasan krusial pada awal dan akhir  sutta ini untuk juga dibahas , antara lain mengapa Beliau melarang Ariya SavakaNya untuk tidak marah jikaDiriNya dan AjaranNya dicela (Dalam pandangan kami ini bukan hanya karena ekspresi tulus Visuddha-KarunaNya demi focus aktualisasi spiritualitas mereka semata namun juga refleksi kearifan Sabbanuta-NanaNya akan dispersi keberagaman dimensional pandangan yang memang bisa memungkinkan adanya) dan juga larangan bagi para Bhikkhu untuk tidak perlu terlalu mengembangkan lokiya abhinna apalagi menggunakannya sebagai sarana penghidupan/ kekuasaan  (ada korelasi kosmik on process/ by product  antara kesadaran, kelayakan dan kecakapan dalam penempuhan/ penembusan spiritualitas untuk melepas demi tetap senantiasa berkembangnya transendensi kemajuan dan tidak begitu  melekat pada tahap pencapaian  personal tertentu yang  justru berakibat bagi kemandegan, kemunduran bahkan kejatuhannya). Ini mungkin hal utama untuk menjaga etika sila disamping tentu saja samma ditthi atas saddha para neyya Buddhist dalam penempuhannya sebagaimana kami sesungguhnya juga mendapat referensi pengetahuan dari dhamma desana yang telah dipaparkan sampai sejauh ini.
Well..tidak mengherankan jika Scientist sekaliber Albert Einstein (walau dalam kehidupannya tetap harmonis dalam tradisi yahudinya) sebagai Truth Researcher > Faith Believer sangat respek dan menaruh harapan akan Dhamma Kosmik ini bagi masa depan peradaban manusia dalam etika kebersamaan, progress keberdayaan dan wisdom kesemestaan ini yang mendasarkan pada orientasi autentik kemurnian bukan sekedar hipokrisi pencitraan dalam menggapai kualifikasi yang tentunya nyata dan  realisasi yang  pastinya sejati… ini memang bukan hanya kesadaran yang sekedar perlu difahami namun juga kewajaran untuk seharusnya juga dijalani.
Namo Buddhaya… dan untuk kesekian kalinya anumodana bermudita citta atas tetap diadakannya pembabaran Dhamma dari Blog/Vlog Channel DBS dan juga lainnya di masa pandemic global Corona saat ini.2

https://www.youtube.com/watch?v=j0HB6UP22cM&t=2726s
Terima kasih dan sangat mengapresiasi sharing tayangan gnosis wisdom ELA. (Filosofi Psikologi Barat/Timur : Mistik Yoga - Buddha Dhamma - Tasauf Islami , Kebatinan Nusantara dst). ki-ageng-soerjomentaram-ilmu-jiwa-kramadangsa https://drive.google.com/file/d/1dk2S7Mc5e5_-rQWT6XV8wOIUsAwQHgyM/view?usp=sharing
BALAS
Senang kalau ada manfaatnya. Terima kasih sudah berbagi literatur.
BALAS
@Eling lan Awas Ya.. maafkan saya hanya mampu berbagi literature tsb. Seandainya anda mengizinkan, saya sarankan anda dan juga semuanya untuk memperdalam/ mempertajam kajian filosofi psikologis Kramadangsa KAS ini dengan wawasan psikologi filosofis Abhidhamma Buddhisme demi bukan hanya peningkatan wawasan referensi pada process pendewasaan kehidupan sekarang namun terutama pencapaian tataran realisasi demi progress pencerahan keabadian selanjutnya. Maaf saya hanya seeker dan bukan Buddhist apalagi misionaris … namun Saddhamma sesungguhnya melampaui Mystics, Agama apalagi Addhama ... kaidah kosmik yang berlaku tanpa keakuan/ pengakuan dan seharusnya secara mandiri direalisasi leveling universal transendensinya tanpa ter-eksploitasi labeling eksistensial immanensinya .
Pandangan CG Jung yang bapak kagumi sesungguhnya secara tersirat mengarah ke sana (pengaruh referensi Psychological Buddhist Ethics -Rhys Davids di Eropa saat itu ?).
Tampaknya memang ada desain permainan keabadian di kedalaman yang di permukaan kita sebut sebagai kehidupan ini. Desain kosmik ini tidak sekedar dalam tataran eksistensial namun juga universal dan bahkan transcendental. Diperlukan tidak sekedar individuasi immanen diri bagi aktualisasi personal namun realisasi transenden sebagai media impersonal. Singkatnya secara sederhana triade Sila – Samadhi – Panna Buddhisme secara simultan perlu dilayakan demi pemurnian kesejatian. Komprehensivitas berpandangan, moralitas berprilaku & integritas berpribadi sesungguhnya bukan hanya demi kepantasan pencitraan eksistensial belaka namun idealnya Sila tersebut dijalani secara cakap, sadar dan wajar (tanpa perlu supresi subconscious & represi unconscious tansadar personal) walau memang akan berdampak harmonis & holistic baik eksternal/ internal serta berpotensi melayakkan diri bukan hanya untuk terjaga dari sekapan apaya namun mampu membawa liburan surga (tanpa perlu alam antara sebelum pralaya?) namun akan berdampak memurnikan batin pada tihetuka kelayakan Samadhi penembusan tansadar kolektif bukan hanya dengan kecakapan meditative samatha namun dengan kemurnian Panna kebijaksanaan Vipassana sehingga bukan hanya mencapai Self jati diri keberadaan samsarik batin energy keilahian namun annata melampauinya (arketipe : persona/ shadow/ anima – mengatasi notion moha ‘keakuan’ sotapanna , lobha kelekatan sakadagami , dosa kekesalan anagami & mana avijja bagi keterjagaan samsarik asekha). Finally, media impersonal secara real telah menyadari secara factual dengan realisasi secara realistis dengan pengetahuan/ penempuhan/ penembusan tidak sekedar konseptual (anggapan/ kepercayaan/ keinginan) … membawa berkah bukan hanya pembebasan bagi dirinya sendiri (‘manusia tanpa cirri ?’) namun juga keberkahan bagi segalanya (memayu hayuning bhawono) dengan kesetaraan tanpa kesombongan perendahan lainnya, mengasihi tanpa tanha harapan pelekatan kekuasaan , menerima tanpa perlu dendam membenci karena semua ini hanyalah desain permainan keabadiaan (dagelan nama/rupa) penempaan keberdayaan dan bukan pengumbaran kemanjaan ….
Sati Sampajjana ( Eling lan Awas ... Sadar & Waspada) Walau mungkin mudah dinyatakan namun sungguh sangat susah diwujudkan.
BALAS

Terlepas dari effektivitas vaksin dalam memicu & memacu herd immunity diri atas virus corona, kami sangat mengapresiasi keteladanan, keperwiraaan & kesediaan bapak untuk menjadi relawan yang pertama di negeri ini ... dan kami bisa memastikan 'percobaan/pengorbanan' ini adalah karena kesadaran & kewajaran yang tulus apa adanya .... sama sekali bukan pencitraan, pembodohan apalagi kemunafikan. Congrats atas tindakan nyata di sini saat ini (& dampak di sana tentu saja kelak).

Saddhu 3x. Penjelasan yang sangat mencerahkan.Be realistics to realize the Real .... keperwiraan berkorban demi mementingkan kebenaran peniscayaan keberdayaan diri dengan tanpa pembenaran kepentingan untuk mengorbankan lainnya ( semakin memperdaya dalam semunya kejahilan, naifnya kerakusan & liarnya kekejaman). Konsistensi amoha, alobha & adosa demi transendensi diri secara eksistensial & universal untuk evolusi pribadi & harmoni dimensi. Anumodana turut bermudita citta.

Anumodana, Bhante Khemadaro ,Samanera Abhisarano & bapak Feby atas tayangan video yang walau temanya memang sangat menarik namun bisa jadi sensitif. KeIlahian memang sentra mendasar & menyasar dalam wawasan/ tataran spiritualitas (ranah agama eksistensial, mistik universal & Dhamma transendental). Pandangan KeIlahian dalam Buddhisme memang unik karena bersifat Impersonal Transenden Nirvanik tidak sekedar Personal Immanen samsarik. Bisakah dijelaskan/ditegaskan ‘konsep’ keIlahian Ajatam Abhutam Akatam Asamkhatam (Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak – dari Uddana 8.3 ) dan juga Sang Hyang Adi Buddha oleh mendiang Bhante Sukong Ashin Jinarakhita ?

32. [TEORI] MISTERI 1000 TAHUN YANG LALU + ENDING — BULGASAL EPS 11 & 12
One of the best K‑Drama I've ever seen for all aspects (story, OST, acting, cinematography, etc) ... Not only entertaining but also inspiring. Congrats and thanks for the masterpiece.
Inferensi yang sangat genius, mbak ... Terlepas dari tepat atau tidaknya dengan script scenario resminya, hipotesa transmigrasi jiwa Ok Eul Tae atas perjalanan kehidupan karmik sepasang Bulgasal Dan Hwal dan Min Sang Un menjadi cukup rasional untuk difahami. Thanks and salute.

PLUS = 

33. Eps 446 | BATAS PENGETAHUAN MANUSIA MENURUT KITAB KEJADIAN?
Walau senantiasa ada celah kebebasan dalam keterbatasan internal & pembatasan internal eksternal yang ada demi perolehan kebahagiaan ataupun bagi pencapaian keberdayaan.
Bukan keabadian atau keilahian namun kemurnian yang selayaknya ditekankan dalam paradigma berpandangan manusia agar tetap berpondasi pada kebenaran transcendental , berorientasi pada kebijakan eksistensial dan berorientasi  beraktualisasi  untuk kebajikan universal..
Buat apa mengharapkan keabadian diri karena sejak mumkimul wujud (diri) maujud dalam kehendak penciptaan, emanasi pencitraan ataupun katalisasi peniscayaan (etc) pada fase keazalian (ilahiah – alamiah – insaniah) itu bukankah sesungguhnya segalanya sudah berada dalam keabadian yang berproses dinamis dalam keseluruhan ini.
Buat apa mendambakan keilahian diri karena klaim identifikasi justru akan meninggikan keakuan yang menjatuhkan diri & mengesalkan merendahkan lainnya apalagi upaya mendeifikasikan diri justru akan menyesatkan diri & menyusahkan lainnya dalam semesta kebersamaan ini. walau karena faktisitas kompleksitas dalam transendensi eksistensial & universal  perlu juga true lies internal / eksternal ?
Meminjam istilah fisika kuantum, diri kita hanyalah beragam partikel electron imanen yang beredar terpancar bak gradasi pelangi pada aneka layer dimensi dari sentra inti atom kosmik transenden yang sama … selaraskan saja eksistensialitas diri kitasetara bersama dengan lainnya secara transcendental murni dalam kaidah universalNya. Dengan cara demikian evolusi pribadi tetap bisa dilakukan, harmoni dimensi juga bisa terjaga dan sinergi valensi juga tetap dalam kedewasaan/ pencerahan tanpa perlu konflik internal/eksternal dengan ketepatan pemeranan dari label eksistensial yang perlu dilakukan (true – humble – responsible)
Atau pandangan panentheistik Ibn Araby : Tauhid sufism Ibn Araby : tanzih -tasbih (transenden/imanen) Jika kau memandangnya tanzih semata kau membatasi Tuhan. Jika kau memandangnya tasbih belaka kau menetapkan Dia Namun jika kau menyatakanNya tanzih dan tasybih; kau berada di jalan Tauhid yang benar
Sufi Ibn Arabi memandang KeIlahian Tuhan secara Esa - utuh dalam keseluruhan. Tuhan dipandang sekaligus sebagai Dzat Mutlak yang kekudusanNya tak tercapai oleh apapun/siapapun juga (transenden/tanzih) namun keluhuranNya meliputi segala sesuatu (immanen/ tasybih) sehingga walaupun pada dasarnya Kekudusan dan kesempurnaan Tuhan secara intelektual tak terfahami (agnosis)dengan keberadaan yang mungkin terlalu agung untuk kemudian tak diPribadikan(impersonal) dan mandiri (independent) namun kemulian IlahiahNya sering disikapi sebagai figur yang berpribadi(personal) dan Dharma kehendakNya dapat difahami(gnosis) sehingga memungkinkan terjadinya hubungan antara makhluk dengan Tuhan sesuai dengan ketentuanNya (dependent).
Tanpa Tuhan, tidak ada segalanya. Karena Tuhan, bisa ada segalanya. (wajibul & mumkimul Wujud )
Tao adalah Tao – jika kau bisa menggambarkannya itu pasti bukan Tao Laisa kamitsilihi syai'un 
Masihkah kita (diri yang hanya personal immanen) ingin (tepatnya: layak) bersaing untuk menyamai, menjadi bahkan melampaui Tuhan (Hyang juga Impersonal Transenden) ? hantu abadi atau tuhan abadi, Taoist ?

34.  10 KEKUATAN SUPRANATURAL YANG BIASA DIDAPAT SAAT KEBANGKITAN SPIRITUAL
Waspadalah para penempuh kemurnian karena by product kemuliaan (godaan atau cobaan?) bisa menjebak anda. Sesungguhnya bukan hanya dengan penempaan meditasi intensif ataupun transaksi perolehan eksternal bahkan kemurniaan sila tampaknya memungkinkan untuk itu. 
Well, godaan & cobaan Ego dalam pemurnian kesejatian sadhaka (penempuh kebenaran/ Mistik keilahian atau Dharma kemurnian ?)  adalah dalam kemelekatan (apalagi keserakahan) dengan perolehan kesejahteraan (duniawi/surgawi) & keperkasaan (kesaktian / keilahian?) walau niatan yang tidak/ kurang benar, bijak & bajik dalam kemurnian itu memang memungkinkan untuk terjadi bagi para yogi meditator handal sekalipun (kelihaian memanfaatkan mekanisme kaidah sistem kosmik demi kepentingan pribadi) .Setiap level memiliki prasyarat & labirin jebakannya sendiri ... semakin dalam, semakin berat. Inilah seninya kembali murni dalam kesejatian yang anatta .... kawan & lawan setiap diri adalah dirinya sendiri (asava internal bukan dunia eksternal ... sebagaimana di kedalaman bukankah demikian juga di permukaan ?). 
Singkat kata, kemurnian haruslah ditempuh dengan, dalam & untuk kemurnian juga ... walaupun kesaktian & perolehan kecakapan/ kemapanan/ kekuasaan lainnya  memang bisa didapatkan karena memang ada korelasi antara kemurnian sila, samadhi & panna dalam mandala kesunyataan ini. Dalam asivisopama sutta Buddha men-simile-kan kecenderungan kita ini sebagai pencuri (bagi pemegahan semu) bukanlah kebijaksanaan penempuh (demi kebenaran sejati) ?
Disamping triade sadhaka evolusi pribadi yang tetap perlu dijalankan, harmoni dimensi juga harus dijaga demi sinergi valensi demi pemberlanjutan keberdayaan tanpa keterpedayaan demi meniscayakan kelayakan penempuhan (terutama untuk ‘uncommon wisdom’ pembebasan ?) sejumlah kode etik kosmik kemurnian yang tidak selalu ‘popular’ dengan kecenderungan pembenaran samsarik kepentingan ego mutlak memang perlu dijalankan pelayakannya, antara lain kedewasaan menerima, mensikapi dan melayakkan diri atas kaidah karma ( > pembenaran manipulatif kepercayaan harapan/anggapan akidah pengampunan/ pelimpahan), kemurnian aktualisasi holistik (> defisiensi kepamrihan/ pencitraan) , refleksi kasih murni tiada batas tanpa eksploitasi standar ganda, menjaga harmoni keseluruhan tanpa noda (identifikasi pembanggaan kesombongan diri), tiada cela (eksploitasi pembenaran kepentingan diri) tetap bermain ‘cantik’ (harmonisasi transenden pada wilayah immanent … walau memiliki keunggulan adiduniawi tetap bijak dan murni terjaga tidak memanipulasi tataran samsara duniawi dibawahNya …. karena walau samsara 'hanyalah' fenomena bayangan kenyataan semu dari Realitas kebenaran Nibbana namun adalah tetap tidak etis bagi yang telah terjaga melanggar ‘aturan main’ wilayah mimpinya . Samsara dalam advaita mandala ini tampaknya memang perlu ‘ada’ bukan hanya sekedar menampung aneka kehebohan pagelaran chaotik drama delusive bagi keterlayakan level episode berikutnya namun juga demi tetap berlangsungnya keberagaman pada kasunyatan abadi ini?)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar