JUST FOR TRUTH SEEKERS
( not for faith believers )
Hanya untuk para penjelajah sejati bukan untuk yang hanya asal / ikut percaya (terpaksa ?) karena sebagai arus kesadaran abadi sebagaimana juga lainnya setiap kita bertanggung jawab atas diri sendiri dalam peran eksistensial, universal dan transendental pada perjalanan bersama ini. (dengan selaras melayakan peniscayaan kesedemikianannya tidak sekedar percaya / terpaksa menerima kepastian permainan keabadian ini) Kesemua ini hanyalah referensi yang tetap harus diteliti, diuji dan direvisi sesuai dengan faktitas keberadaan diri. & realitas kenyataan yang sesungguhnya terjadi. Sekedar dimaksudkan sebagai sharing masukan bagi pemberdayaan dan tidak untuk memperdayakan Semoga ini tidak menjadi/dijadikan belenggu penjerat & bumerang penyesat bagi diri sendiri dan lainnya .
Sesungguhnya etika kosmik ini seharusnyalah bersifat universal bisa dijalankan oleh setiap pribadi di segala dimensi dengan segala keterbatasan & pembatasannya masing-masing (walau hasilnya memang tidak seeffektif jika berada di wilayah yang relatif lebih kondusif). Jika menyimpang dengan saddha/ iman anda sebaiknya dibuang atau diabaikan saja ... "Kembali ke Jalan yang Benar" istilah agamanya begitu, hehehe. (Atau baikan nggak usah diteruskan membacanya saja ... daripada ribet & risky untuk semua nantinya). Well, posting ini memang spesial untuk para truth seeker bukan true seeker apalagi faith believer. Ini memang perlu ekstra kecerdasan, kedewasaan dan kebijaksanaan untuk difahami dan disikapi sebagai sharing idea gnosis philosophy/ cara wisdom psychology belaka bukan dogma untuk diyakini apalagi harus dijalani.
Yang perlu kita fahami, sadari dan hadapi tampaknya bukan sekedar kegilaan insani atau kematian alami namun terutama kelupaan abadi akan kesejatian diri dalam setiap episode permainan keabadian yang disebut (siklus) kehidupan (dan kematian) ini.
INNER QUEST > OUTER ORDER =
ketersadaran internal > (baca : bukan hanya/tidak sekedar) keterpaksaan eksternal
Who ? Siapa ... Kita (bertanggung jawab atas diri kita sendiri )
Where ? Dimana .. Disini (dan juga di/ke sana, tentu saja )
When ? Kapan ... Sekarang (dan juga nanti , gitu lho )
Plus =
What ? Apa ... apa yang harusnya kita lakukan ?
Why ? Mengapa ... mengapa kita perlu melakukan ?
How ? Bagaimana ... Bagaimana kita seharusnya melakukan ?
(Ini saja dialektika paradigmanya ... thesis masalah faktual, antithesis pragmatisme kemanfaatan & sintesis option solusi )
MONOLOG
Berikut alternatif Formula Swadika untuk Parama Dharma dalam Mandala Advaita. (katarsis analisa inferensi) sebagai sharing masukan bagi anda untuk membuat risalah panduan anda sendiri dengan tetap menerima, menghargai dan menjalani harmonisasi/aktualisasi/transendensi pedoman bersama yang ada dalam faktisitas atribut peran keberadaan eksistensial kita. 5 (lima) faktor bagi perjalanan hidup di semua dimensi keabadian (Realisasi kesadaran, kecakapan, kemapanan, kearhatan? & kewajaran sebagai transformasi ekuivalen paradigma semula kearifan, keahlian, keuletan, kebaikan dan kesucian
1. Orientasi Kesadaran
Berorientasi dalam paradigma pandangan yang benar adalah langkah awal untuk sinkronisasi, aktualisasi & realisasi .
Tabel 10 level Kesadaran Gnosis
| Dimensi | Tanazul Genesis KeIlahian ↓ | Taraqi Eksodus Pemurnian ↑ | Simultan progress Triade | |
Transendental | ESENSI MURNI ? ! . | Transendental | ajatam | abhutam | Panna (theravada?) |
Universal | akatam | asankhatam | |||
Eksistensial | Asekha ? | Nibbana | |||
Universal | ENERGI ILAHI nama brahma | Transendental | Anagami | suddhavasa | Samadhi (vajrayana ?) |
Universal | Anenja | arupavacara | |||
Eksistensial | Vehapala > | rupavacara | |||
Eksistensial | MATERI ALAMI rupa kamavacara | Transendental | Mara/Kal, ... | triloka | Sila (mahayana?) |
Universal | Yama , Saka, ... | svargaloka | |||
Eksistensial | asura? < Bhumadeva | apayaloka |
(10 ? transendental 3 + universal 3 + eksistensial 3 = 9 ? 9 dimensi mandala di atas + 1 for Indefinitely Infinitum ( Realitas Aktual Transenden > Fenomena Formal Immanen dari personal laten deitas ) for humbling in progress to mystery.
Sumber : Moez massoud http://teguhqi.blogspot.com/2014/05/3-pribadi-inspiratif-2013.html
Jokowi pilpres 2014 http://teguhqi.blogspot.com/2014/07/pilpres-jokowi-2014.html
Dr. Ali Shariati melambangkan 1 adalah Hyang Esa, 0 adalah makhlukNya. Meminjam istilah beliau ; berikut adalah paradigma kerobbanian yang menjadi orientasi awal bagi ketawaddhuan yang juga akan kembali menjadi realisasi akhir bagi kecerdasan manusia. (*) = 1 tetap bernilai walau 0 tidak ada. 0 tidak bernilai jika 1 tidak ada. Maksudnya = Tuhan tetap ada walaupun makhluk ada ataupun tidak ada. Tuhan (kholik) adalah wajibul wujud yang keberadaanNya mutlak adanya ; selain itu (makhluk) adalah mumkimul wujud yang keberadaannya relatif adanya ~ bisa ada, bisa juga tidak ada ~ terserah dan berserah kepada kehendakNya. Tanpa Tuhan, segalanya tidak akan pernah ada. Tanpa segalanya sekalipun, Tuhan tetap ada. Dia adalah Hakekat yang merupakan penyebab dan kembali segala yang ada (baca: diadakan untuk mengada jadi tidak perlu terlalu meng-ada ada). (*) = 1 dibagi 0 tak terhingga ; 0 dibagi 1 tak berharga. Maksudnya = Pribadi yang berkarakter kuat dan cerdas adalah pribadi dengan kekuatan dan kecerdasan yang tumbuh berkembang karena ketawadhuan bukan dengan ketakaburan. 0 dibagi 1 tetaplah 0 – ini gambaran kecerdasan dan kekuatan diri dengan ketakaburan. (Lemah dan rapuh karena sesungguhnya :Tiada daya upaya tanpa izinNya.) Namun … 1 dibagi 0 adalah tak terhingga – ini gambaran kecerdasan dan kekuatan diri karena ketawaddhuan. (Senantiasa tumbuh dan berkembang dalam keridhoan dan petunjukNya). (*) = 1 di depan 0 jauh bernilai dibanding 0 di depan 1 . Maksudnya = Jadilah pribadi 10; Pribadi yang mengedepankan Tuhannya diatas segalanya (termasuk dirinya sendiri). 0 didepan 1 dibelakang hanyalah bernilai 1 (satu) – ini gambaran pribadi yang mengedepankan selainNya pada kehidupan. Amaliah menjadi tak sempurna karena syirik, pribadi tidak konsisten karena terombang-ambing kepentingan duniawi/ kebanggaan berpribadi. Bahkan jika pada akhirnya yang satu (1) itu menjadi hilang, maka seluruh kehidupan kita tinggal 0 (baca: nol besar).
Keraguan Ehipasiko ?
Well,
meminjam dialektika fragmenta apologetika Verkuyl untuk rasionalisasi
pembenaran ide & irasionalisasi pembenaran ego Agnostisme ?
-
Dubois : Ignoramus et ignorabimus : kita tidak
mengenalNya dan kita tidak akan mengenalNya
Namun
kita tetap harus mengenalNya minimal menerimaNya sebagai Sentra SegalaNya
karena bagaimana mungkin mengacuhkanNya jika kita berada dalam mandala
permainan keabadianNya (triade lama : Wujud, Kuasa, Kasih ?).
-
Lessing : .Bapa, berilah aku hal mencari kebenaran karena atas kebenaran itu
hanya Kau saja yang berwenang (Duplik, 1778)
So ...
Why not ? jadi tempuhlah pencarian kebenaran tersebut demi pembuktian &
pengertian untuk memahaminya bukan untuk memilikinya. Memang, perlu
kerendahan-hati untuk kembali menuju/ mengarah ke Hyang Maha Tinggi dalam
pembatasan ketidak sempurnaan agar tidak stagnan untuk terus berkembang dalam
kebermaknaan pengertian untuk mencapai kebijaksanaan.
Link
: data tentang kebenaran
BhantePannavaro & video there is no truth Bhante Punnaji.
2018-11-15 22:40 | 17088 | ||
2018-11-15 22:40 | 7223 |
- Comte : Be positivist of positive knowledge (?)
Tentu saja , kebijaksanaan spiritual berkembang secara bertahap sesuai dengan keterbatasan & pembatasan yang ada.
posting Dhammaseeker
Well, Spiritualitas walau tampak sederhana memang sangat complicated (satu gerbang ilmu hanya bisa dibuka jika wilayah ilmu-laku-teku sebelumnya bukan hanya telah difahami dan dijalani namun telah dicapai / dikuasai dan tanpa dilekati perlu dilampaui untuk memasuki gerbang berikutnya). Lagipula kita juga perlu realistis dengan segala keterbatasan dan pembatasan yang ada termasuk dan terutama keberadaan diri .... sudah layak atau belum. (Nibbana baru bisa tercapai dalam Panna keterjagaan sempurna magga phala tidak sekedar sanna persepsi sebenar apapun pandangannya tidak juga tanha obsesi sehebat apapun pengharapannya).
posting http://teguhqi.blogspot.com/2020/11/just-seeker.html
Well, untuk kesekian kalinya (kami tekankan) Spiritualitas yang dewasa adalah just leveling (to reach) not for labeling (to claim) ….memastikan keberdayaan tidak sekedar meyakinkan kepercayaan, melayakkan pencapaian dengan penempuhan & penembusan tidak sekedar melagakkan pencitraan dengan penganggapan & pengakuan, mengandalkan tanggung jawab meniscayakan kesejatian tidak sekedar bermanja mengharapkan 'keajaiban' belaka, dsb.
Linkvideo : Dhammadipateyya (Paradigma Berpandangan : Dhamma-Oriented ) Bhante Pannavaro
link data : Buddhism & Philosophy : The Kalama Sutta.pdf(p.78-87) Bro Billy Tan
2. Transendensi Kearhatan
Merealisasi kelayakan level swadika Ariya (> hisab layak visekha ?) dalam progress alternative teparinama penempuhan "kontemporer" bagi pacekka (atau mungkin juga Buddha Savaka ?)
see : posting Sita hasitupada = https://maxwellseeker.blogspot.com/2020/04/sita-hasituppada.html
Berikut adalah tabel alternative teparinama penempuhan "kontemporer" bagi pacekka (atau mungkin juga Buddha Savaka ?)
No | Level | (peningkatan kefahaman Dhamma : pengetahuan ,penmpuhan, penembusan) | Sila revised (pakati + pannati : varita & carita) | (Samatha Pemantapan keberimbangan + Vipassana pemurnian Kebijaksanaan | Dhamma Vihara (Kelayakan terniscayakan) | Prior Input | Final Output |
1 | Elementary | Suta maya paññā (intelek) | Pancasila | Diba Vihara (surga ?) | Padaparama dihetuka | Neyya tihettuka | |
2 | Intermediate | Cintā maya paññā (intuisi) | Atthasila | Jhana (lokiya & lokuttara) | Brahma Vihara (ilahi?) | Vehapala (rupa + arupa?) | Gotrabu Anuloma |
3 | Advance | Bhāvanā maya paññā (insight) | Samanasila | Magga & Phala (irreversible ?) | Ariya Vihara (murni?) | Sekha | Asekha ? |
kutipan posting akhir Dhamma Sekha : http://kalamadharma.blogspot.com/
Intinya begitu berharganya kehidupan sebagai manusia (tanpa menafikan sebagaimana juga lainnya), bro. Dengan tidak terlalu mengumbar kebebasan menurutkan kecenderungan nafsu (wille zur macht .. keinginan akan kekuasaan?) dan justru mengarahkan diri dengan kebijaksanaan maka akan ada kebajikan bagi semuanya (kedewasaan berpribadi dan dampak potensi kewasesaan yang akan mengikutinya). Segalanya akan dan seharusnya menjadi lebih baik dan semakin baik. Jadi tolonglah jika tidak mencerahkan janganlah menyusahkan apalagi menyesatkan dan menghancurkan. Sungguh anda (tepatnya: kita) tidak tahu dengan siapa sesungguhnya kita senantiasa berhadapan .... hidup ini tidak sekedar interaksi antar figur personal namun ini permainan kompleks media impersonal dimana segalanya jeli terawasi, akurat terkalkulasi dan potentially akan berdampak .... sebagaimana gema suara, apa yang kita lakukan akan kembali juga kepada arus kesadaran kita ... baik ataupun buruk, saat ini ataupun nanti , di sini ataupun di sana dalam peran/sikon apapun kemudian ... (dampak metafisis, sociologis & psikologis ?). Bagaikan sigma kuanta cahaya pelangi yang saling melengkapi dalam keberagamannya walau dalam label dan level berbeda namun tetap dipandang setara dalam Kasih Universal ... ada kesedemikianan Dhamma yang walau Impersonal tidak menuntut pengakuan namun secara Transenden kaidahnya berlaku di setiap wilayah immanenNya secara homeostatis, interconnected, equilibirium.
Be Truth Lover whoever & wherever we are ...
(Jadilah pecinta kebenaran siapapun dan dimanapun kita)
karena itu adalah keniscayaan nyata yang (memang?) harus kita terima .
Apapun yang terjadi, mencintai kebenaran adalah kemutlakan (bukan pilihan … karena jikapun tiada keselarasan dalam menyesuaikannya sebagaimana harusnya maka dengan keterpaksaan toh kita akan tetap menerima keniscayaan akan dampak karmic & effek kosmik nya juga .... jadi 'sami mawon' / sama saja ). Hidup dalam kebenaran seharusnyalah hidup dengan kebenaran juga.
Keselarasan dalam Saddhamma .... Inilah cara untuk menjalani kebenaran itu dengan tanpa syarat apapun Well, bukan hanya "sekedar' demi membawa level evolusi pribadi yang lebih baik (eksistensial), menjaga harmoni dimensi yang semakin kondusif (universal) namun karena memang demikianlah amanah keselarasan yang ditetapkan untuk dijalani (transendental).... sinkronisasi peniscayaan berkah yang memang seharusnya dilakukan atas keniscayaan berkah yang sudah digariskan pada keberadaan, dalam kesemestaan oleh dari kesunyataan Impersonal Transenden ini.
Perlu kebijaksanaan Saddhama demi addukha (amoha, alobha, adosa) yang semakin intensif levelnya dalam kedewasaan eksistensial, untuk kesemestaan universal, hingga pencerahan transendental .....Untuk kesekian kalinya : Be realistics to Realize the Real
Well, Salut kepada Buddha yang menempatkan synthesis keswadikaan di atas thesis kebahagiaan untuk pencerahan kebebasanNya dari antithesis dukkha kesemuan "penderitaan".
Link video : Arogya parama labha (kesehatan adalah keuntungan utama)
Pencerahan Magandiya Sutta Bhante Pannavaro
Link data : mn-075-magandiya-suttaOK.docx Bahasan 31.5-Magandiya-S-m75-piya OK.pdf
3. Transformasi Kecakapan
Merealisasi talenta keberdayaan Kecakapan Intelgensi , dst
Intelgensia kecerdasan tidaklah sebatas fitrah naluri ego belaka namun juga nurani ke-Esa-an ... tidak sekedar instink, ataupun sebatas intelek belaka (cogito ergo sum, Rene Descartes ? ) namun membentang luas dan dalam (intuisi, insight, etc). Sejumlah manusia (tanpa menafikan para ariya & anariya di dimensi lainnya : asura, dewata, brahma, dsb ) walau dalam keterbatasan & pembatasannya sebagai mikrokosmos bagian dari Living Makrokosmos yang tidak sekedar eksistensial namun juga universal bahkan transendental mampu bukan hanya mengalami namun juga menguasai bahkan melampaui level ini .
Berikut Table intelgensia kecakapan Z (Eneagram 9 + 1= 10 ?) untuk dikembangkan
No | Level | Dimensi | Tantien pusat | Tantien hati | Tantien otak | Z |
1 | Elementary | 3 tataran intelek | 1. AQ /Adversity Quotient - ketahanan berjuang/, | 2. EQ /Emotional Quotient - keluwesan interaksi/, | 3. IQ /Intelligence Quotient - kepandaian kognitif/; | 123 |
2 | Intermediate | 3 wawasan intuisi | 6. ASQ /Adversity Spiritual Quotient - kemantapan yogi/; | 5. ESQ /Emotional Spiritual Quotient - keihsanan ummi/, | 4. ISQ /Intelligence Spritual Quotient - keterarahan sati/, | 654 |
3 | Advance | 3 penembusan insight | 7. ADQ /Adversity Divine Quotient- mukasyafah | 8. EDQ /Emotional Divine Quotient - Mahabatullooh/, | 9. IDQ /Intelligence Divine Quotient - Ma'rifatullooh/) | 789 |
Sumber : Jokowi pilpres 2014 http://teguhqi.blogspot.com/2014/07/pilpres-jokowi-2014.html
Dalam pemberdayaannya (kesadaran, kecakapan, kemapanan dan ketaqwaan), sejumlah manusia mungkin saja mampu berkembang mendahului lainnya bukan hanya secara intelek (yang popular didewakan saat ini), namun juga intuisi (sayang sudah agak diabaikan sekarang) dan insight (sudah langka dan terlupakan?). 9 kecerdasan mungkin tercapai ( 3 tataran intelek =1. AQ /Adversity Quotient - ketahanan berjuang/, 2. EQ /Emotional Quotient - keluwesan interaksi/, 3. IQ /Intelligence Quotient - kepandaian kognitif/; 3 wawasan intuisi = 4. ISQ /Intelligence Spritual Quotient - keterarahan sati/, 5. ESQ /Emotional Spiritual Quotient - keihsanan ummi/, 6. ASQ /Adversity Spiritual Quotient - kemantapan yogi/; 3 penembusan insight = 7. ADQ /Adversity Divine Quotient- mukasyafah/, 8. EDQ /Emotional Divine Quotient - Mahabatullooh/, 9. IDQ /Intelligence Divine Quotient - Ma'rifatullooh/) namun demikian jika tidak dibarengi dengan orientasi kesadaran 10 maka itu semua tanpa makna. Realisasi Kecerdasan tingkat 10 (baca: sepuluh) atau orientasi kesadaran 10 (baca: satu-nol) ini mungkin yang dimaksudkan sebagai insan kamil, homo novus (New Man) atau apapun istilahnya – suatu pencapaian kesempurnaan manusia dalam keterbatasannya. Namun sebagaimana proses pemberdayaan dan orientasi ketawaddhuan sebelumnya inipun harus dianggap hanya sebagai proses berkelanjutan bukan maqom penghentian. Inilah perbedaan yang mendasar antara kesejatian pencerahan bijak seorang panentheist, keimanan sejati para monotheist atau bisa jadi pencarian murni kaum heretis dengan kesemuan ‘pencerahan’ pantheist, ‘wawasan’ agnostic, maupun ‘pandangan’ atheist. Keberkahan dan pemberkahan hanyalah dari, oleh, untuk dan kembali kepadaNya. Realisasi kebenaran bukan identifikasi pembenaran. Dalam keikhlasan bukan dengan kepamrihan. Senantiasa memberdaya diri secara berkelanjutan dalam JalanNya (sesuai fitrah yang ditentukanNya) dan tidak terperdaya setinggi apapun perolehan yang dicapainya (menurut anggapan kerdil terhadap diri sendiri maupun pengakuan semu dari orang lain.
Mystic being paska dasavathara Kalki ? | Balance keseimbangan hidup total ? just be - one in ONE |
4. Aktualisasi Kemapanan
Aktualisasi memastikan persada kesiagaan dalam membumi untuk mandiri , dengan santuti dan mampu berbagi.
5. Harmonisasi Kewajaran
Harmonisasi kebersahajaan dalam membumi bersama lainnya. dengan empati, dalam harmoni dan tetap sinergi.
atau tabel hipotesis yang agak 'gila' dari kami ini
Wilayah | 1 | 2 | 3 | |
Transendental | Nibbana ‘sentra’ ? | Belum diketahui ? 7 | Tidak diketahui ? 8 | Tanpa diketahui ? 9 |
Nibbana ‘sigma’? | Belum mengakui ? 4 | Tidak mengakui ? 5 | Tanpa mengakui ? 6 | |
Nibbana ‘zenka’ ? | Arahata 1 | Pacceka 2 | Sambuddha 3 | |
Universal | Brahma Murni (Suddhavasa) | Anagami 7 (aviha Atappa) | Anagami 8 (Sudassa Sudassi) | Anagami 9(Akanittha) |
Brahma Stabil (Uppekkha ) | jhana 4 (Vehapphala) | Asaññasatta 5 (rupa > nama) | Anenja 6 ( nama > rupa arupa brahma 4 ) | |
Brahma mobile (nama & rupa) | Jhana 1 (Maha Brahma) | Jhana 2 (Abhassara) | Jhana 3 (Subhakinha) | |
Eksistensial | Trimurti LokaDewa | Vishnu 7 (Tusita) | Brahma 8 (Nimmãnarati) | Shiva 9 (Mara? Paranimmita vasavatti) |
Astral Surgawi | Yakha 4 (Cãtummahãrãjika) | Saka 5 (Tãvatimsa) | Yama 6 (Yãma) | |
Materi Eteris | Dunia fisik 1 (‘mediocre’ manussa & ‘apaya’ hewan Tiracchãnayoni) + flora & abiotik ? | Eteris Astral apaya (‘apaya’ Petayoni & ‘apaya’ niraya )2 | Eteris Astral apaya Asura (petta & /eks?/ Deva ) 3 |
Be mad, and remain a mad brother to your mad brother.
Jadilah gila, dan tetaplah menjadi seorang saudara yang gila bagi saudaramu yang gila
(Khalil Gibran , a letter to Mikhail Naimy)
Kewajaran Membumi dalam kesadaran Saddhamma :
Link video
| Kewajaran Pembumian (deduktif pengetahuan) dengan kecakapan spiritual ? SHIVA Vitalitas interaktif menari dengan kehidupan nyata | Kesadaran Nekhama (induktif penempuhan) dengan kearhatan spiritual? BUDDHA Integritas autentik menuju peniscayaan kesejatian murni |
| https://www.youtube.com/watch?v=jHRjJygTkPA&list=PLZZa2J4-qv-ZvsV83eVEiRBtw2dLvbu91&index=2&t=5m&35s | https://www.youtube.com/watch?v=MiGKxvXhI8Q&list=PLZZa2J4-qv-bpW9lgcl0XfLNL7tfMzZZD&index=32&t=32m57s |
|
Kearifan Shiva Buddha ? walau tetap tampak dalam kewajaran di permukaan namun senantiasa menjaga kesadaran di kedalaman untuk. memberdaya kecakapan, kemapanan & kearhatan (dimanapun ,kapanpun dan sebagai apapun peran keberadaannya)... progressive in progressing. Jika saja proses pemberdayaan ini memang berjalan sehat dan tepat tampaknya kemurnian & kesejatian akan berpotensi segera terealisasi nyata.
EPILOG
Demikianlah, orientasi kesadaran tetap dilakukan untuk bukan hanya mentransendensi level keariyaan (tisikha pembebasan, pencapaian minimal pengamanan samsarik berikutnya) namun juga mensiagakan & berjaga dengan pemberdayaan talenta kecakapan (skill sekarang & bakat mendatang) yang berdampak pada pemantapan kemapanan kehidupan/ penghidupan eksistensial (dalam kemandirian & untuk kebersamaan) dalam kewajaran pembumian sebagaimana lainnya (namun tetap menjaga keselarasan dengan Saddhamma .. tentu saja). Sesungguhnya etika kosmik ini seharusnyalah bersifat universal bisa dijalankan oleh setiap pribadi di segala dimensi dengan segala keterbatasan & pembatasannya masing-masing (walau hasilnya memang tidak seeffektif jika berada di wilayah yang relatif lebih kondusif).
jadi ...ini adalah transformasi mengarahkan diri dengan kesadaran Saddhama dalam kebenaran, kebajikan dan kebijakan ... sama sekali bukan revolusi (mungkin tepatnya : repolusi = pencemaran kembali?) dengan kebodohan, kesalahan dan keburukan. Sudah saatnya spesies manusia tumbuh berkembang dewasa tidak selamanya menjadi kanak-kanak dengan usia keberadaannya yang telah lama menghuni, membebani & menyusahkan planet bumi yang sudah semakin tua ini dengan berpandangan semu , berpribadi naif dan berprilaku liar.
Be selfless as it really be (to be one in One ~ not one of the ONE ?) .. Sungguh ini bukan hanya masalah 'selfish' evolusi pribadi eksistensial semata namun juga berkaitan dengan dampak harmoni dimensi universal bagi keseluruhan bahkan hingga effek transendental. Tak perlu lagi recycling daur ulang serial pralaya (dunia - surga - rupa brahma) bagi samsara ini berlangsung berulang-ulang yang bukan karena rejuvenasi perbaikan kerusakan alamiah materi penampungnya namun karena batiniah zenka penghuninya. .
teori fase 3 mandala just for seeker (tanpa/dengan/tiada samsara) untuk mencintai kebenaran tanpa syarat.
Be Realistcs to Realize the Real .....Untuk kesekian kalinya, apapun yang terjadi, mencintai kebenaran adalah kemutlakan (bukan pilihan … karena jikapun tiada keselarasan dalam menyesuaikannya sebagaimana harusnya maka dengan keterpaksaan toh kita akan tetap menerima keniscayaan akan dampak karmic & effek kosmik nya). Tidak perduli apakah nanti akan ada kemanunggalan dalam pencerahan ataupun kemusnahan untuk keseluruhan, tetaplah konsisten dalam transformasi spiritualitas yang harmonis autentik & sinergis atas kesemestaan baik eksistensial (diri pribadi), universal (alam kehidupan bersama) dan transcendental (sentra keberadaan segalanya).
Disamping kemantapan eksistensial dalam peran duniawi saat ini (citra persona biasa saja, smart skill bisa juga, asset hidup ada sedia) ; jangan lupa (ini justru yang utama) siagakan untuk kelanjutan perjalanan kehidupan nantinya (level swadika keariyaan , bakat talenta kecakapan & hisab visekha kelayakan ). Sedangkan, untuk kenyamanan keseluruhannya : berempati (pada dasarnya semuanya sama saja ... laten deitas dari Sentra sejati yang sama hanya beda label & level pada dimensi mandala pada saat ini . Well, orang lain / makhluk lain adalah sebagaimana diri kita sendiri namun saat ini berada dalam peran yang berbeda .... walau respek dalam metta atas casing 'dagelan' nama rupa masing-masing memang tetap perlu diperhatikan sesuai skenario kehidupan yang berlangsung ... tidak anggep 'arogan" & norak tranyakan ), menjaga harmoni dan bersinergi dalam kebersamaan & kesemestaan ini.
Finally ,
Tiga Pesan Abadi keheningan kosmik yang diungkapkan para Buddha :
Jauhi kejahatan, jalani kebajikan, sucikan fikiran
Jauhi kejahatan namun dengan tanpa membencinya, Jalani kebajikan namun dengan tanpa melekatinya dan Sucikan fikiran namun dengan tanpa mengidentifikasikan apalagi mengeksploitasikan diri padanya (Dhammapada : 183). Itulah paradigma (yang walau tampak terdengar "sederhana" namun sesungguhnya sangat sempurna / bijaksana ) wejangan para Buddha untuk bukan hanya melalui namun juga melampaui samsara menuju Nibbana yang direalisasikan dalam keterarahan /keselarasan simultan triade pemurnian Sila - Samadhi - Panna.
Jadilah media kebaikan yang murni x media keburukan yang kacau bagi diri sendiri, makhluk lain dan living cosmic ini baik transendental, universal, eksistensial . senantiasa terjaga sebagai media impersonal akan figur personal samsariknya sehingga memungkinkannya untuk bukan hanya berjaga dari keterpedayaaan bahkan semakin memberdaya diri namun juga mampu menjaga untuk tidak hanya memperdaya lainnya namun justru memberdaya lainnya..... tetap orientasi berpandangan, berpribadi, berprilaku ariya apapun peran, dimanapun dimensi dan kapanpun situasi kondisinya. Menerima tanpa perlu kebencian, mengasihi tanpa perlu pelekatan , melampaui tanpa perlu merendahkan. So, jika keniscayaan pembebasan/ pencerahan/ pemberdayaan belum mampu tercapai, keselarasan tertib kosmik yang holistik, harmonis dan sinergik akan kebenaran, kebajikan dan kebijakan masih terjaga .... bagi diri sendiri, makhluk lain dan living cosmic ini.
Sebagaimana dimensi samsarik lainnya ( apaya, surga bahkan alam Brahma sekalipun) , dunia ini hanyalah terminal transit bagi evolusi spiritualitas diri berikutnya. Peluang kesempatan / tanggung jawab sebagai manusia dsb dalam membawa keberkahan diri dan lainnya ... tidak sekedar berlibur, terhibur dan dikubur sebagai manusia untuk hanya kembali calon mayit/ demit ? .... jadilah berkah yang mencerahkan/ memberdayakan bukan limbah yang menyusahkan/memperdayakan di/ke manapun kita berada bukan hanya bagi diri sendiri namun juga makhluk lain di setiap living cosmic ini.
Semoga segalanya cukup bijaksana untuk memahami samsara permainan abadi kehidupan ini
Semoga segalanya mampu berbahagia untuk mengasihi konsekuensi interconnected logis yang terjadi
Semoga segalanya makin berdaya untuk melampaui dilemmatika amanah tanggung jawab pemeranan yang diterima
Amor Dei, Amor Fati
(Jika cinta Tuhan cintailah juga GarisNya.)
Dhammo have rakkhati dhammacarim
(Dharma kebenaran akan melindungi para penempuhNya )
Gate Gate Paragate Parasamgate .... Bodhi Svaha
(lampaui delusi apaya, sensasi surga, fantasi brahma ... murni terjaga, berjaga dan menjaga)
Appamadena Sampadetha
(berjuanglah untuk tidak lengah sebagai/selayak/selaras ariya)
Sejujurnya prolog inilah yang seharusnya kembali tetap kami jadikan sebagai epilog terakhir https://dhammaseeker.blogspot.com/2018/09/prolog.html
Just Simple Words to Begin and Fade Away
(Hanya Kata-kata Sederhana untuk memulai dan kemudian Berlalu)
Pada hakekatnya kita adalah makhluk spiritual yang menjalani peran sbg manusia ketimbang sbg manusia yang menjalani tugas spiritual..Kita hanyalah ketiadaan yang diadakan dalam keberadaan untuk sekedar sederhana mengada tanpa perlu mengada-ada dihadapanNya...betapa indahnya kehidupan jika kita tiada ragu untuk mampu hadir dalam kesederhanaan yang murni, tulus apa adanya tanpa perlu membalutnya dengan kemasan kesempurnaan yang walaupun mungkin tampak indah dan megah namun semu dalam kesejatiannya..... Belajarlah meng-"esa"-kan diri dalam keseluruhan, kebersamaan dan kesemestaan....Kebahagiaan kita berbanding lurus dg kebijaksanaan kita namun berbanding terbalik dengan kemelekatan kita. Tdk semua yang kita inginkan akan menjadi kenyataan, tdk semua yang tdk kita inginkan tdk akan menjadi kenyataan. So, perlu kebijaksanaan untuk menerima kenyataan sebagaimana adanya dan tidak terlalu mengharuskan keinginan kita menjadi kenyataan..... Dunia mungkin hanya memandang dari produk pencapaian kita di permukaan, namun Tuhan sesungguhnya di kedalaman menilai kita dari proses penempuhan kita. So, jangan terkelabui oleh permainan duniawi karena dihadapanNya tidaklah penting harta kekayaan, nilai perolehan, kemuliaan diri dsb yang pada dasarnya hanyalah by product dampak samping dari perjalanan kehidupan ini. Dia lebih mengutamakan bagaimana cara kita mensikapi, menjalani dan mengatasi amanah kehidupan ini sebagai atsar amalan diri kita kelak. Bukan kaya miskin harta kekayaan, baik buruk nilai perolehan, mulia nista duniawi yang menjadi indikator bagiNya dalam menilai kualitas diri hambaNya tetapi seberapa ikhlas kita mensikapi , seberapa istiqomah kita berikhtiar menjalani dan seberapa tawakal kita menerima garisNya...Bagaikan biasan warna -warni pelangi yang berasal dari Sumber Cahaya Putih Cemerlang yang sama walau dalam dunia segalanya tampak berbeda di permukaannya, namun dalam Dharma segalanya menyatu dalam kesejatianNya.
Silence is the language of God. All else is poor translation. ~ Rumi
Keheningan adalah Bahasa Ilahiah. Segala lainnya hanyalah terjemahan semu adanya.
Good bye, 2020
Good luck, 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar